7 Persamaan Tahapan Olahraga Lari dan Perencanaan Keuangan Pribadi

Financial Planning For Runner

Beruntung bagi saya karena mendapatkan undangan untuk menghadiri acara menarik yang diselenggarakan oleh salah satu komunitas lari di Indonesia: Extraordinary Jakarta Runners (EJR Runners). Berbeda dengan acara komunitas lari yang umumnya mengangkat tema di sekitar dunai lari, kali ini EJR mengangkat topik dari sisi yang berbeda: perencanaan keuangan untuk pelari. Menarik sekali topiknya.

 

Lebih menarik lagi karena acara yang diselenggarakan tanggal 26 Feb 2017 kemarin di Food Colony Pasar Festival ini menghadirkan Pak Nicky Hogan sebagai pembicara. Seperti bisa dilihat di gambar di atas, beliau adalah salah satu direktur di Bursa Efek Indonesia dan juga seorang pecinta olahraga lari. Tepat sekali untuk berbicara mengenai investasi dan dunia lari.

 

Saya sendiri sudah 2 kali mengambil olahraga lari sebagai inspirasi untuk menulis tentang perencanaan keuangan pribadi. Pertama, tentang bagaimana kita bisa menjadi sehat tanpa memberatkan kantong dalam Tips Murah Menjadi Sehat, serta yang kedua, tentang Tips Dalam Meningkatkan Motivasi Dalam Menabung dan Berinvestasi dengan menggunakan analogi praktek memotivasi diri dalam berlari.

Nah kali ini ada kesempatan lagi untuk belajar tentang perencanaan keuangan pribadi dengan benchmark pada olahraga lari. Ini topiknya umum lho ya, bukan hanya disusun untuk para pelari saja. Filosofi dan praktik dalam lari saja yang dipinjam untuk menjelaskan tentang pentingnya perencanaan keuangan.

Jadi jangan berpikiran bahwa topik ini akan khusus membahas mengenai bagaimana berinvestasi untuk mencapai membiayai kebutuhan-kebutuhan seorang pelari lho ya. Maklum, banyak perlengkapan lari yang harganya lumayan mahal. Apalagi kalau ingin mengikuti race-race di luar negeri, lumayan banget kebutuhan modalnya, hehehe…

Tapi tujuan-tujuan khusus pelari ini juga bisa kok diwujudkan dengan langkah-langkah yang disampaikan oleh Pak Nicky. So, here we go

 

7 Tahapan Dalam Berlari dan Investasi

Setiap pecinta olahraga lari, pasti mulai berlari dengan melalui beberapa tahapan. Umumnya, tahapan-tahapan ini terbagi atas 7 bagian, yang mana ternyata semua tahapan ini memiliki persamaan dengan hal-hal yang harus diperhatikan dalam memulai perencanaan keuangan pribadi, khususnya dalam memulai investasi.

#1 GOAL SETTING

The goal for you running a marathon or a half marathon is to run the full course.

Bukan berarti karena untuk pelari jadinya goal setting ini adalah untuk lari marathon atau mengejar World Major Marathon (WMM) ya, hehehe… Intinya, untuk memulai berlari jangka menengah atau panjang, tujuan adalah hal pertama yang sudah harus ditentukan.

Ada tujuan jangka pendek, ada tujuan jangka panjang. Di lari, tujuan jangka pendek misalnya untuk bisa berlari dengan konstan sejauh 10 km. Tujuan jangka panjang, ikut WMM. Semua ada target waktunya, dan skema latihan yang ditempuh pun berbeda. Yang penting target ini harus diselesaikan.

Demikian juga investasi. Tentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang kita di awal. Apa sih tujuan jangka pendek? Dana darurat misalnya. Atau buat pelari, dana untuk ikut race di luar negeri atau dana untuk membeli sepatu/perlengkapan lari lainnya yang berharga mahal.

Jadikan itu sebagai suatu target yang harus dicapai dalam periode tertentu. Target ini juga akan menentukan instrumen investasi apa yang cocok untuk kita gunakan.

#2 THE START

You start slowly, run 4-5 kms daily during initial days and increase the distance every time the body gets used to the distance.

Namanya juga latihan fisik, latihan lari harus dimulai pelan-pelan agar badan kita terbiasa dengan jarak tempuhnya. Sama, investasi juga harus dimulai dengan perlahan. Kenapa? Agar kita bisa terbiasa dengan skema “investasi” itu sendiri.

Gunakan produk yang less risky dulu, apalagi untuk yang cuma terbiasa dengan tabungan dan deposito. Misalnya mulai dengan ORI atau sukuk ritel atau investasi aman lainnya. Nilainya aman karena diterbitkan pemerintah, bunga dibayarkan rutin. Mirip dengan tabungan/deposito. Namun sekarang ada unsur investasinya, dimana ORI ini bisa dijual di pasar sekunder, ada risiko perubahan harga disana.

Jadi perlahan-lahan kita bisa terbiasa dengan nature dari investasi ini sendiri. Dan hal ini sangat penting untuk berinvestasi lebih lanjut.

#3 CHANGE OF SURFACE

As you get used to the surface on which you are running, change the surface from plain to uphill and downhill roads.

Nah ini menyambung poin nomor 2. Dengan berlari di jalur yang naik turun, tentu lebih melatih fisik dan stamina kita. Lebih menantang namun akan memberikan hasil yang lebih maksimal.

Dalam berinvestasi, dipersamakan dengan tahapan kita mulai menaikkan level investasi kita. Jika sudah terbiasa dengan investasi saat ini, mulailah mencoba menerima risiko yang lebih tinggi. Maksudnya gimana? Coba berkenalan dengan produk-produk investasi yang lebih menantang namun bisa memberikan hasil yang lebih maksimal. Bisa mulai dengan reksadana pendapatan tetap, kemudian bisa naik ke reksadana campuran dan reksadana saham.

#4 STAYING THE COURSE

During the run, there would be ups and downs but you have to overcome all such obstacles and complete the course.

Dalam sebuah race lari, khususnya jarak jauh, yang namanya rute naik dan dan turun mah sudah menjadi hal biasa. Tapi bukan menjadi alasan untuk menyerah di tengah race. Tetap fokus untuk menyelesaikan race yang telah ditempuh.

Dalam investasi pun, bukan hal aneh kalau yang namanya performance instrumen investasi kadang suka naik turun. Apalagi yang namanya saham. So, jangan panik. Selama kita tetap fokus pada tujuan, strategi investasi dijalankan sesuai rencana, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Jangan cepat menyerah, tetap di jalur yang ada dan selesaikan apa yang menjadi tujuan dari investasi kita.

#5 RIGHT PACING

It’s important to maintain a steady pace through the 42-km run. And never start at a very high speed.

Nah ini. Biasanya dalam race lari, ada yang suka start dengan sprint biar tidak terjebak rombongan pelari yang lebih lambat. Ya ngga apa-apa kalau fisiknya bagus. Tapi ada juga yang terpancing untuk ikutan start dengan pace tinggi namun akhirnya kedodoran di pertengahan sampai dengan akhir race.

Terlalu berisiko jika kita memulai berinvestasi dengan pace cepat. Misalnya, karena greedy kita langsung menginvestasikan jumlah besar modal dalam suatu instrumen investasi. Gimana kalau ternyata perkembangannya kurang bagus atau malah nyungsep coba? Perbedaaan investasi dan judi jadi tipis disini, hehehe…

Mulailah dengan stabil. Salah satunya bisa menggunakan metode dollar cost averaging. Berinvestasi secara rutin dengan nominal yang sama. Atau bisa mengikuti program Yuk Nabung Saham yang sedang disosialisasikan oleh Bursa Efek Indonesia, membeli saham tertentu secara rutin.

Investasi saja secara rutin. Jangan terlalu dipusingin mengenai naik turunnya grafik investasi. Toh dengan berinvestasi rutin ini dengan sendirinya akan meng-average faktor risiko yang mungkin terjadi selama periode investasi.

#6 NO SHORT SPRINT

During a run, you should never try to increase your pace suddenly and start running very fast, maintain a steady pace.

Biasanya seorang pelari akan tergoda untuk melakukan short sprint menjelang garis finish atau di jarak-jarak tertentu. Ngga ada yang salah dengan itu, dan menyenangkan juga sebenarnya (kalau kuat, hehehe). Tapi untuk sebagian orang, ada risiko tersendiri yang bisa timbul akibat kegiatan memacu fisik secara tiba-tiba ini.

Dalam investasi, misalnya di dunia saham, short sprint seperti ini biasa dilakukan jika ada rumor bagus. Tiba-tiba kita jadi geregetan untuk menambah investasi dalam jumlah besar karena berharap akan ada peningkatan yang signifikan dalam waktu pendek. Hati-hati, bisa jantungan kalau beritanya salah, hehehe…

Begitu juga jika ada berita jelek, jangan terburu-buru untuk menjual atau melepas semua investasi kita. Tetap tenang dan berpegang pada rencana investasi yang telah dibuat.

#7 COMPLETION

Once you complete the marathon, you should not stop immediately. Runner should run slowly for some short distance and then rest.

Seorang pelari tidak disarankan untuk langsung berhenti total saat memasuki garis finish. Sebaiknya dia tetap berlari kecil dan berjalan untuk mempertahankan kondisi tubuh sebelum beristirahat.

Ketika tujuan investasi telah tercapai, bukan berarti kita langsung berhenti lho. Lakukan review terhadap proses investasi yang telah dicapai. Ini adalah bagian dari proses untuk terus meningkatkan kemampuan kita dalam berinvestasi. Dengan demikian maka kita akan lebih siap untuk mulai berinvestasi lagi untuk mencapai tujuan yang baru.

Penutup

Demikian pembahasan 7 tahapan dalam berlari dan persamaannya dengan perencanaan investasi yang disampaikan oleh Pak Nicky Hogan dalam acara Financial Planning for Runner (by EJR Runners). Intinya, marathon dan investasi adalah proses jangka panjang, dibutuhkan perencanaan yang baik, implementasi secara bertahap, pikiran positif serta selalu berpegang pada rencana.

Saat ini, untuk mencapai suatu tujuan keuangan, investment is the name of the game. Ini adalah suatu proses, bukan hasil instan yang bisa dicapai setiap saat.

Selamat berinvestasi.

 

Image: http://hqpictures.net

2 Comments

  1. Tulisan Blogger Indonesia by Febriyan March 9, 2017
    • JrPlanner March 11, 2017

Leave a Reply