Jenis asuransi jiwa
Term life (berjangka)
Hanya memberikan perlindungan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Umumnya jangka waktu yang tersedia adalah 1, 5, 10 dan 20 tahun. Produk ini merupakan bentuk asuransi murni, tanpa ada unsur investasi atau pun janji premi kembali.
Konsekuensinya, semua premi yang dibayarkan nasabah akan hangus seiring dengan selesainya kontrak perlindungan. Karena sifat itu maka premi yang harus dibayarkan oleh nasabah pun menjadi kecil.
Endowment (dwiguna)
Mirip dengan termlife (TL), tapi bedanya produk ini menjanjikan pengembalian premi atau pun sejumlah dana pada periode tertentu atau setelah kontrak pertanggungan berakhir. Karena ada janji uang kembali inilah yang membuat premi produk ini menjadi lebih mahal dibanding TL.
Whole life
Sesuai namanya, perlindungan jiwa yang ditawarkan berlaku seumur hidup (biasanya sampai usia 99 or 100 tahun) dengan keuntungan tambahan yaitu peningkatan uang pertanggungan (UP) dan juga adanya nilai tunai yang bisa diambil jika kontrak perlindungan beraklhir di tengah jalan.
Unit link (UL) merupakan varian dari produk ini. Bedanya, UL menjanjikan adanya hasil investasi yang besarnya bervariasi mengikuti pasar keuangan. Tambahan nilai tunai dan hasil investasi inilah yang membuat produk whole life dan UL menjadi produk asuransi jiwa dengan premi yang paling mahal walaupun sekilas terlihat menguntungkan karena premi cukup dibayar dalam jangka waktu tertentu saja.
[SIMAK JUGA: Tulisan terbaru berisi pembahasan untuk menjawab pertanyaan apakah seorang karyawan membutuhkan asuransi kesehatan tambahan, selain yang telah diperoleh dari kantor]
Sekarang pertanyaannya,dari 3 deskripsi di atas, manakah produk asuransi jiwa yang paling bagus?
Jenis asuransi jiwa terbaik
Term life is the best!!
Dari beberapa seminar financial planner yang gw ikutin, juga dari beberapa referensi (Buku Safir Senduk, webnya Mbak Ligwina, diskusi di blog jangan serakah) yang gw baca, semua memilih TERM LIFE sebagai yang terbaik, dengan alasan bahwa produk ini memberikan proteksi maksimal dengan premi yang rendah, apalagi jika dibandingkan dengan UL.
Wajar sih kalo pembandingnya cuma UL, karena ternyata produk inilah yang paling laku dan paling banyak ditawarkan oleh agen asuransi di Indonesia, bahkan ada perusahaan asuransi yang hanya melatih agen nya untuk jadi penjual UL, bukan penjual asuransi jiwa.
Asuransi + investasi
Ilustrasi: asuransi + investasi
- UP jiwa : Rp 500 juta
- Penyakit kritis: Rp 500 juta
- Kecelakaan dan cacat tetap: Rp 300 juta
- Premium waiver
Hasil simulasi
FAQ terkait termlife + investasi
Pake TL bukannya rugi, kan preminya jadi hangus?
Masalah premi jadi hangus sih iya, tapi ngga akan rugi. Bisa diliat di ilustrasi di atas tadi, dengan total pengeluaran yang sama dengan premi di UL, hasil investasi yang kita dapet akan jauh lebih besar. Yang di perlukan disini Cuma disiplin untuk berinvestasi secara rutin dengan.
Kan intinya asuransi itu ditujukan untuk proteksi, kalo investasi mah ada lagi instrumennya.
Kalo UL kan cuma perlu bayar 10 tahun dan abis itu terproteksi seumur hidup, kalo TL kan mesti bayar terus?
Bener banget. Makanya balik lagi ke simulasi, walau pun premi term life harus dibayar setiap tahun, potensi hasil investasinya bisa nutupin biaya-biaya asuransi ini, dan tetap aja masih bisa ngasih return yang lebih tinggi. Bahkan di simulasi si atas, pembayaran premi UL dibikin selama 15 thn.
Kalo dibikin sama-sama 10 tahun kayak TL, makin kecil lagi hasil investasinya. Lagian kalo kita menjalankan perencanaan keluarga yang baik, harusnya kita ngga butuh asuransi seumur hidup, bahkan semakin lama kebutuhan asuransi jiwa kita akan makin berkurang (jelasnya lihat contoh di pertanyaan no 6)
Kalo gitu sama aja dong, dengan UL kan jadi ngga repot, proteksi ada tapi investasi juga ada?!
Istilahnya kalo meminjam kata-kata para agen, ini produk 2in1, asuransi skaligus investasi, hehehe. Ada benernya juga sih, tapi kalo meminjam ilustrasi Mbak Ligwina, UL itu ibarat handphone berkamera dan ber-mp3 player. Secara kemasan sih oke dan lengkap banget, tapi hasil foto HP tersebut pasti ngga akan sebagus hasil di kamera digital. Suara music pun ngga akan sejernih iPod.
So, intinya terletak pada maksimalisasi hasil, dimana proteksi dan hasil investasi hanya akan maksimal jika menggunakan instrument yang memang didesain khusus hanya untuk proteksi atau investasi saja. Memang bener jadi ada sedikit effort tambahan yang harus dikeluarkan, tapi sangat sebanding dengan hasilnya
Tapi kan dengan TL (dari simulasi di atas) artinya proteksi hanya berlaku sampe 10 tahun saja, sedangkan UL bisa seumur hidup?
Betul sekali. Dengan TL artinya kita mesti membeli polis baru lagi, medical checkup lagi, dan preminya pun akan naik 2 kali lipat dari sebelumnya. Tapi itu ngga masalah.
Kenapa? Pertama, jika melihat selisih return di usia 55, artinya dari usia 39 sampe dengan 55 si R memiliki budget asuransi sebesar Rp 21.68 juta per tahun (Rp 1.8 juta / bulan) dan pada usia 55 tahun si R akan memperoleh hasi linvestasi yang sama persis dengan hasil investasi UL.
Kedua, Seiring dengan berjalannya waktu, dengan sendirinya nilai investasi kita yang lain (baik itu dengan investasi dana pensiun atau pun lainnya) akan semakin bertambah (kembali ke pembahasan kita tentang menghitung UP di topic sebelumnya), maka dengan sendirinya kebutuhan UP kita akan menjadi berkurang.
Beban tabungan pendidikan anak (akan kita diskusikan lebih jauh di topic selanjutnya) pun akan semakin berkurang dimana dalam 10 tahun harusnya anak kita udah duduk di bangku SD. Implikasinya, kebutuhan premi kita pun ngga akan naik terlalu tinggi, dan yang paling penting, masih terus dapat ditutupi oleh hasil investasi
Trus setelah umur 55 tahun, apa yang mesti dilakuin? Kan udah susah nyari asuransi jiwa yang juga mo meng-cover kesehatan?
Saran gw, untuk contoh kasus si R, pada umur 39 tahun nanti, dia bisa ngambil TL lagi tapi focus hanya ke jiwa saja (plus wiver), mungkin dengan tambahan raider cacat tetap, dengan term langsung 20 tahun.
Untuk kesehatan, ambillah asuransi kesehatan terpisah, dimana ini nantinya bisa terus diperpanjang sampai berumur di atas 65 tahun dengan premi yang sangat terjangkau dan proteksi maksimal.
Jika memang concern utama adalah masalah kesehatan, maka ini bisa jadi solusi yang baik. Toh di UL pun yang dicover seumur hidup adalah perlindungan jiwa saja, sedangkan kesehatan juga dibatasi sampe dengan usia 65 tahun.
Berarti di usia 60 tahun, jiwa nya udah ngga tercover lagi dong? Lagian mana ada asuransi jiwa yang mau meng-cover orang berusia 60 tahun dengan proteksi maksimal?
Pernyataan ini bener banget, karena setelah berumur 60 tahun, premi untuk jiwa udah jadi mahal banget. Tapi balik lagi ke perencanaan keuangan secara keseluruhan. Kali ini gw ambil contoh diri gw sendiri. Saat ini usia gw 30 tahun, 1 bulan lagi akan punya baby, dan memiliki investasi dana pensiun rutin dengan target pada saat pensiun gw akan punya uang sekian milyar sebagai biaya gw pensiun.
Jika pada usia 60 tahun gw meninggal, istri gw akan tetep survive karena uang pensiun gw harusnya sudah terkumpul sesuai target. Malah harusnya bisa jadi janda kaya tuh, hehehe. Anak gw pun harusnya udah berumur 30 tahun, udah dalam tahap karir yang sama kaya gw sekarang, dimana udah tidak lagi tergantung ama orang tua.
Utang? Harusnya dah ga punya juga. So, masih butuh asuransi jiwa? Hmmm, kesehatan aja kali yah…
Tapi kan term life beresiko, gimana kalo ternyata pas mo perpanjangan asuransi trus tau-tau kita terdeteksi punya bibit penyakit kritis?
Betul, so far sih ini emang resiko TL yang gw juga blom tau gimana ngatasinnya. Tapi yang jelas, kalo emang kondisinya kaya gitu, paling pada saat perpanjangan akan ada penyakit tertentu yang ngga dicover oleh rider penyakit kritis, atau pun akan ada kenaikan premi.
Lagian ini kan, kalo kita mau ngambil TL 10 tahun trus diperpanjang lagi untuk 20 tahun, artinya selama 30 tahun ke depan risiko ini hanya akan kita hadapi 1x doang yaitu di tahun ke 10. Yah, kalo gw sih mendingan jaga kesehatan dengan baik dan percaya bahwa 10 tahun mendatang gw akan tetap bugar.
Toh umur 40 juga masih tergolong muda, temen-temen kantor gw yang above 40 juga masih pada kuat-kuat maen bolanya.
Kalo udah terlanjur ikutan UL kan sayang kalo mesti berhenti di tengah jalan? Gimana kalo nunggu kembali modal aja dulu?
Kalo pengalaman gw pribadi sih, UL gw langsung gw stop padahal udah berjalan nyaris 4 tahun. Nunggu balik modal mah lama, menurut ilustrasi mah minimal 10 tahun. Itu cuma balik modal doang lagi, blom untung. Apalagi jelas-jelas UP gw di UL jauh dari cukup, so ngapain gw bela-belain bayar sesuatu yang ngga sesuai dengan gw lagi.
Nyeseknya lagi gw mesti bayar premi selama 6 tahun tapi gw tau kalo ada alternatif lain yang lebih nguntungin. Kalo mo dibilang rugi, emang sih rugi karena premi gw yang 4 tahun baru balik 40%, tapi toh gw dah dicover selama 4 tahun ini, so 60% itu gw anggap sebagai costnya. Orang gw asuransi mobil aja ngga sayang preminya angus, knapa untuk proteksi jiwa mesti perhitungan?!
Wah topik ini termasuk topik “panas” di milis-milis keuangan. Sudah banyak sekali yang menulis tentang ini, salah duanya :
http://www.kutuloncat.com/2008/04/30/beli-unit-link-atau-termlifereksadana/
Atau bisa juga lihat di blog Priyadi, Ligwina, Freddy Pielor, dll.
Hehehe, betul skali pak. Tapi menurut pengalaman saya ternyata masih sangat banyak orang di luar sana yang belum mengerti bedanya.
great article Bro…..
Pengalaman memang guru yang paling baik.
Semakin banyak orang yang menulis dan menyampaikan hal2 seperti ini, maka semakin membuka mata masyarakat tentang baik buruk nya sebuah instrumen asuransi dan investasi.
Keep writing….
Thanx bro…
Thanx juga untuk pak aris atas masukan dan referensinya ke web kutuloncat, freddy pielor dan financia.
Alhamdulillah akhirnya dapat juga uraian yang klop dan gampang dicerna sama otak saya..hehhee
emang udah lama banget nyari-nyari penjelasan perbedaan, keuntungan dan kerugiannya..
Postingannya izin saya link ya mas…
Thanx juga afni untuk kunjungannya. Good luck untuk rencana asuransi n investasinya yah…
saya senang sekali ada blog seperti ini. Hal ini bener2 menambah wawasan saya mengenai asuransi dan investasi. yang menggelitik saya, kenapa ya, bapak saya lebih percaya sama asuransi unit link daripada term life&RD (berdasarkan pengalaman pribadinya)? katanya semua hal yang saya informasikan (seperti yang ada diblog ini juga)adalah teori saja karena sudah mencoba semuanya dan pengalaman eyang yang dirasakan ayah saya yang mengalami krisis keuangan (saya kurang tahu istilahnya, tp ketika nilai mata uang kita menjadi tidak berharga contoh nya rp 100 menjadi rp 1 atau sebaliknya (?)(maaf saya kurang menguasai istilah keuangan).
Bapak saya merasa dalam jangka waktu yang sama, unit link lebih menguntungkan dibanding reksadana. dengan tempo tertentu bapak saya bisa balik modal dengan unit link sampai membuat unit link kedua sedangkan reksadana (RD saham) hanya mendapat return 50%nya saja.
Saya yang ada niat untuk membuka asuransi term life untuk suami saya dan reksadana untuk masa depan keluarga saya jadi bingung.
Dan kata bapak saya, kita harus pintar2 mencari manajer investasi yang tepat yang bisa memutar uang kita di Reksadana.
Pada saat saya katakan, di Amerika sdh tidak ada yang memakai unit link, bapak menegaskan, karena di Indonesia perusahaanya masih bisa berkembang sedangkan di Amerika sudah stagnan.
Apakah tren sudah berubah dari jaman bapak saya? Bapak saya pernah mengalami kerugian RD dengan jumlah besar di saham komoditi sehingga tidak begitu suka dengan RD. Untungnya bapak saya sekarang bisa menyekolahkan saya di ked. gigi serta S2, dan kedua adik saya spesialis dan di LN
Mungkin ada penjelasan? Saya benar2 bingung. Maaf jika pertanyaan nya masih bersifat mendasar karena saya masih sangat awam dan terlambat untuk belajar (usia saya 30thn dengan 1 anak)
Terima kasih.
Met kenal mbak Tianca.
Pertama-tama saya ingin menambahkan sedikit ttg RD dan UL. Pada dasarnya dari sisi investasi, kedua produk ini sama. Ketika mbak ingin membuka polis UL, maka agennya akan menawarkan apakah mau fokus ke saham, pendapatan tetap, pasar uang ataukan campuran (di luar syariah). Hal ini sama persis dengan RD, dimana jenisnya juga dibagi seperti UL sesuai dgn risk profile masing2 nasabahnya.
Kenapa sama? Karena dari sisi investasi, baik pengelola RD maupun pengelola RD akan menginvestasikan uang nasabah/klien ke instrumen yag sama, yaitu saham, obligasi atau pun pasar uang. Nah ini yg perlu dipahami dulu. So dari sisi investasi tidak ada perbedaannya, sehingga ceteris paribus, tidak ada perbedaan return diantara RD dan UL. Pada saat market lagi bagus akan sama2 untung, pada saat market jelek (seperti pada saham) akan sama2 rugi.
Jadi apa bedanya? Bedanya produk UL merupakan produk yg didesain oleh perusahaan asuransi, dimana asuransi adalah produk jualan utama sedangkan pemanisnya adalah produk investasi. Otomatis biaya yang timbul akan menjadi lebih banyak karena konsumen harus membayar biaya asuransi dan juga biaya investasi. Sedangkan di RD, produk ini benar2 didesain khusus utk investasi sehingga biaya yg timbul hanya merupakan biaya yg berhubungan dgn investasi.
Jadi dengan kata lain bisa dibilang bahwa UL itu seperti kita membeli RD melalui perusahaan asuransi dengan mendapatkan tambahan perlindungan asuransi. Dengan sendirinya biaya yg dikeluarkan akan lebih mahal. Perlu diingat bahwa perusahaan asuransi tidak diperkenankan untuk mengumpulkan dana masyarakat dan mengelolanya secara langsung dalam bentuk investasi di pasar modal. Untuk itu maka mereka membutuhkan jasa manajer investasi untuk mengelola premi konsumen mereka. Contoh: Manulife menggunakan jasa Manulife Aset Manajemen utk mengelola investasi UL mereka, dan AXA Mandiri menggunakan Mandiri Aset Manajemen. Dari sini bisa dilihat kan mbak, tidak ada bedanya dengan jika kita membeli langsung RD ke kedua perusahaan manajer investasi tsb. Malah lebih aman dengan RD karena kita tahu persis siapa manajer investasi kita, dibanding dengan UL dimana kita tidak pernah tahu siapa pihak yg dipercaya oleh perusahaan asuransi untuk mengelola uang kita. Hal yang sama juga berlaku untuk perusahaan dana pensiun, dimana bisa dibilang kita membeli RD secara tidak langsung melalui perantaraan perusahaan dana pensiun tsb.
Untuk pembuktian masalah biaya yg lebih tinggi sebenarnya relatif mudah. Mbak bisa minta dibuatkan unitlink dari agen manapun, kemudian perhatikan asumsi return per tahunnya. Bandingkan dengan hasil investasi dalam simulasi tersebut. Saya jamin pasti hasil investasi yang tertera selalu lebih rendah dengan asumsi return yang dipakai. Sebagai contoh, UL saya dulu tertulis bahwa simulasi dilakukan dengan asumsi rate 14%. Ternyata setelah saya hitung, hasil investasi yang tertera hanya bertumbuh sebesar 11% per tahun. Terus kemana 3% lainnya?
Berdasarkan uraian di atas, return RD tidak akan mungkin berada di bawah return UL (untuk jenis instrumen investasi yg sama), baik dalam jangka pendek, panjang ataupun panjang banget ;p
Nah makanya saya jadi bingung dengan cerita mbak ttg investasi ayah mbak. Bisa tau apa kapan investasi tsb dilakukan dan nama produk RD? Apakah investasi RD nya dilakukan pada saat yang sama dengan jangkan waktu yg sama dengan investasi UL? Apa jenis RD dan UL yang diambil? Kemudian mengenai kerugian di RD saham komoditas, boleh dirinci apa nama RD nya? Soalnya setau saya RD dari awal muncul tidak pernah dibuat spesifik utk investasi dalam 1 industri saja. Baru belakangan ini ada RD tertentu yang fokus ke industri tertentu, namun lebih ke bidang yang berhubungan dengan penanaman modal dalam sektor riel (seperti infrastruktur) dan bukan di industri beresiko tinggi seperti komoditas. Saya jadi curiga, jangan2 produk yang dipegang ayah mbak sebenarnya bukan RD.
Mengenai return RD, untuk lebih jelasnya mbak bisa liat di infovesta.com atau media bisnis lain seperti kontan dan media indonesia. Di situ ditulis dengan jelas mengenai kinerja setiap RD berdasarkan tipe. Bisa dilihat berapa return per 1 hari terkahir, 1 minggu terkahir, sampai 5 tahun terakhir. Dan hampir semua RD tidak pernah mencatat hasil negatif dalam jangka menengah dan panjang. Data2 ini bisa dipercaya karena diawasi langsung oleh otoritas pasar modal, dan juga sesuai dengan pengamatan saya sejak 12 tahun mengenal reksadana.
Oiya, yang saya tulis disini bukan teori kok mbak. Saya juga sudah pernah membeli beberapa UL yang kemudian semuanya saya tutup dan digantikan oleh beberapa RD. Hasilnya? Seperti saya bilang di atas, tidak ada dalam sejarahnya return UL bisa melebihi RD (untuk jenis yg sama), hehehe…
Saran saya, biar mbak lebih yakin untuk memilih yang mana, silakan mencoba untuk melakukan riset lebih jauh ttg kedua produk ini. Bisa dimulai dengan menghitung ulang return yg ditampilkan dlm simulasi asuransi. Kemudian bandingkan dengan data historis ttg RD. Bisa juga dengan bertanya lebih dalam ke agen ttg melalui apa premi mbak akan diinvestasikan. Untuk yg terkahir ini, segera tinggalkan agen yang tidak bisa menjawab atau pun terlihat ragu dalam manjawab.
Keputusan berinvestasi sepenuhnya di tangan kita kok mbak. Untuk itu kita harus benar2 dibekali dengan pengetahuan yang cukup dan tidak hanya mengandalkan “kata orang”. Seperti saat saya memutuskan utk mencabut garaham bungsu saya yg tidur sempurna (di dalam gusi), saya mengandalkan riset dengan mendetail sebelum memutuskan pencabutan, dan tidak menuruti kata2 ibu saya yg menentang keras. Karena kebetulan kakak beliau mengalami gangguan syarah di gusi akibat pengangkatan geraham bungsu. Maap nih mbak jadi analogi ke gigi, abis katanya mbak dokter gigi sih, hehehe… Tapi mudah2an mbak bisa menangkap poin saya.
Semoga membantu ya mbak. Jangan segan2 untuk bertanya lagi jika ada yg masih mengganjal, mungkin masih bisa saya bantu.
nice article bro,
kalo saya jg ada keinginan untuk tutup UL saya karna UP yg kecil dan biaya siluman yg banyak…tapi ada yg mengganjal :
1. jika saya invest di reksadana dan suatu saat saya ngga ada apakah bisa diwariskan ke istri atau anak? saya pernah tanya ke personal banker saya dan dia bilang bisa tapi aga ribet yaitu kudu ke notaris dan bikin surat wasiat bla bla..tapi ada yg bilang ngga perlu surat udah otomatis jatuh ke tangan istri/anak..cuman mana yg bener yah? kan sayang kalo invest saya udah besar trnyata ga bisa dipakai…
2. banker tempat saya buka rekening beli rd menawarkan produk UL juga tapi dengan iming2 hasil invest lebih besar krn berkonsep fund on fund atau dana yg kita setor akan dikelola oleh MI-MI yg memang qualified dan bisa menghasilkan return yg mungkin lebih besar dibandingkan kita bermain sendiri dan belum mahir dalam membaca pasar untuk switching dll. Nah gimana pendapat anda? oh iya saya jg sedang menyiapkan dana untuk kuliah anak yg saat ini baru berusia 3 bulan dan rencananya mau invest ke rd saham..
thanks
Thanx mas yoyon. Oke, saya coba ngasih pendapat ya mas, moga2 bisa membantu.
1. Setau saya yang namanya investasi di reksadana, seorang nasabah pasti pada awalnya akan diminta utk mengisi formulir dimana si nasabah harus juga menyebutkan siapa ahli warisnya. Ini berlaku lumayan umum kok dalam produk2 investasi, termasuk di dana pensiun dan bahkan unit link. Jadi sebenarnya ngga perlua kuatir mas mslh ini, asal bener aja nentuin ahli warisnya, hehehe.
2. Produk UL dgn iming2 return lebih tinggi dari RD maksudnya? Baru pernah denger nih ada yg ngomong gitu, hehehe. Sbenernya utk hal2 kayak gini sih gampang pak, minta aja sumber datanya biar bisa langsung dibandingkan dgn return RD (banyak kok di media, atau peling gampang ke infovesta aja). Kalo menurut saya sih ngga usah lah didengerin personal bankernya, kbanyakan mereka kan cuma tau produk internal mereka aja. Dan komisi mereka pun tergantung dari hasil mereka jualan produk (apalagi komisi UL itu yg paling besar). Terbukti personal banker mas ternyata ngga paham ttg flow investasi RD dan UL. Saya coba jelasin sekilas ya mas: Memang benar kalau unit link itu dikelola oleh MI lagi, krn memang perusahaan asuransi ngga boleh mengelola dana nasabah secara langsung. Nah MI ini yg nanti akan mengelola dana2 tersebut.Artinya apa? Mas harus menanggung fee penerbit UL sekaligus juga fee MI yg terkait, disamping jg biaya2 siluman asuransi itu sendiri. Nah gimana kalo RD? Di produk ini, mas langsung menyerahkan dana mas utk dikelola langsung oleh MI, tanpa melalui perantara pihak lain. Fee yg harus dikeluarkan hanyalah fee utk MI saja. Dari sini sama aja kan, dana mas dua2nya dikelola oleh MI dan sama sekali ngga perlu ada keterlibatan mas dalam pengelolaan, membaca pasar, switching (kenapa juga bawa2 switching disini ;p), dll. Keuntungan lagi dari RD, kita bisa bebas nentuin MI yang meurut kita paling jago dan paling kredibel. Beda ama di UL, kadang kita ngga dikasih tau siapa yg akan ngelola dana kita. Intinya, kita mau dana kita dikelola oleh MI, ya langsung aja kasih MI nya ngelola, ngapain juga pake perantara perusahaan asuransi segala.
Kira-kira bgitu masukan dari saya, mudah2an makin mantep utk masuk ke RD saham. Saya juga menggunakan RD saham utk keperluan pendidikan anak saya nanti. Jika ada lagi yg mau didiskusikan, dgn senang hati akan saya coba bantu.
Salam kenal,
Udah bbrp bln ini saya baca blog Anda.
Baca memberi masukan positif dan pengetahuan baru bwt saya yg awam ama asuransi dan reksadana…
ama jenis investasi lainnya.
Jadinya saya tertarik ingin apply asuransi termlife bwt suami saya,
gara2 resiko kerjaan dia ke jiwa lmyn besar…
Boleh minta email atw no kontak agen asuransi termlife AIA Anda?
krn saya mau bandingin isi proposalnya
dng agen asuransi lainnya.
Abis kl ktemu ama agen lainnya suka diarahin ke unilink insurance.
Pdhal saya udah gak tertarik lg.
Terimakasih atas perhatiaannya.
Salam kenal, mbak. Boleh minta alamat emailnya? nanti saya japri aja kontak saya
salam kenal mas JP [bukan Milenix.. ;p]
verrrrrryyyy nice blog bro..
untung saya baca blog mas JP dulu, hampir aja ambil UL lagi..
cerita dikit:
2 thn yll sempet ambil unitlink investasi pendidikan AX* hanya karena ada embel2 asuransi+investasi, pas liat returnnya mata langsung ijo n ambil tuh UL tanpa baca semua dg komplit. Ternyata stlh tau asuransi n investasi (emas+reksadana) mata jadi melek, hasilnya sangat muenyesal. Waktu bongkar polis n baca2, ternyata yg ditanggung asuransi jiwa itu anak saya yg br 2 taun dg premi 7jt/thn dan UP 70jt (+rawat inap)
D*amn fool, ngapain asuransiin jiwa anak saya yg cm 2taun pdhl yg cari duit bapaknya, dan kesehatannya jg ud ditanggung kantor. Pikir2 drpd dtutup rugi banyak, nyoba naikin UP, eh trnyarta jg g bisa di ubah. Skrg madep mantep mo saya tutup, percumtakbergun..
beberapa wkt yll konsultasi dg temen financial planner d portalreks*d*n*, beliaunya sih fair n bagus, meskipun sbg agen Allian*, tp ksh pnjelasan ttg jenis2 asuransi n di perush asuransi mana prod yg bgs, tp kembali lg beliau menyarankan ambil UL dg manfaat sbb:
usia 30 th tdk merokok
UP dasar: 1M
Meninggal krn kecelakaan: 500jt (s/d 35th)
Penyakit kritis: 500jt (s/d 40th)
Payor B.Basic: 13.200.000 (s/d 35th)
Premi: 1.241.980/bln
beliau bilang kelebihan UL ada cuti premi dan fasilitas payornya..
gimana menurut mas JP?
trus saya rencana jg mo ambil wholelife, krn ya itu berat d termlife premi hangus n kl perpanjang premi naik berlipat2..
mas bro bisa tlg simulasikan dg asuransi yg mas bro ambil, dg premi sekarang s/d 10 taun, brapa premi d th ke 11 (jika ambil 20th lg)+selisih dimasukkan ke reksadana dibandingkan dg yg wholelife dg UP dan benerfit antara termlife n wholelife sama (yaitu 1M)
di tulisan yg lain mas bro bilang selisih sktr 52% ya?, tapi blm nampilin perhitungannya
btw, saya jg mau japri isi polis n perhitungannya di AIA mas bro..
tks in advcance
Salam kenal bung dewo. Sorry lama banget jawabnya.
Kalo pendapat saya sih itu kemahalan yah, hehehe. Sharing aja, asuransi saya juga dengan UP dan rider yg sama, masih ditambah cacat tetap dan rawat inap, premi pertahunnya cuma 5 jutaan.
Kalo mo japri polis boleh lah bung, kirim aja ke juniorplannerindo@gmail.com. Nanti kita diskusi lebih lanjut setelah itu.
kirain udah pindah ke blog lain kok ga dijawab2, heheee!
itu unitlink juga bukan mas bro?
japri sent yak
mohon pencerahan
tks!
Hehehe, gak bro, masih disini aja. Tapi karna sesuai nama, masih junior, so fokus utama masih ke kerjaan utama dulu baru ngurusin blog di waktu senggang. Jadi mohon pengertiannya kalo agak telat nanggepin yah ;p
This comment has been removed by the author.
Dear JP, Mr,
Slam kenal, sy Kein sudah 1 minggu ini setiap hari sy rajin mantengi blog JP, Mr…(Thank bgt sangat mencerahkan)boleh dong sy diberikan ilustrasi asuransi jiwa term life (20TH) dari AIA, untuk UP 1 M, ditambah rider Kecelakaan & Cacat Tetap (500jt),penyakit kritis (500jt) dan premium waiver tanpa mengurangi UP….sy sedang compare dengan Manulife… email sy di kein_syoko@yahoo.com.
Thanks,
Regards,
kein
Oya JP, Mr, maksud sy ilustrasi itu minta tlg dibuatkan oleh agen AIA, yg mau sya belikan suransi jiwa suami saya umur 28, merokok..:)..
atau kalau merepotkan boleh saya diberikan contact-nya..
Thanks bgt:)
Kein
Salam kenal juga mbak. Mohon maaf, saya ngga bisa membuatkan ilustrasi, nanti bisa langsung kontak agen saya aja. Tapi seperti info di atas, setau saya produk termlife AIA saat ini sedang difreeze utk repricing. Kontaknya udah saya kirim ke email ya mbak.
salam kenal mas JP,,
jadi mudeng sekarang baca di blog mu inih, btw saya udah ampir stahun ikut asuransi Sequislife (UL jg),premi 6.000.000/tahun UP 200.000.000
nah kan klo UL kan klo rawat inap tercover kan dengan limit2 yg udah ditentukan, so klo aku mau stop trus ambil TermLife, so buat cover kesehatan harus pisah dunk, smentara dtempat saya kerja sama skali tidak mencover kesehatan. dan itu yg membuat saya memutuskan ikut UL. smentara klo pure kesehatan jatuhnya mahal..so ada masukan buat saya?
Bukan gitu pemahamannya Mbak. Unitlink maupun TL dasarnya adalah asuransi jiwa. Benefit kesehatan dll adalah asuransi tambahan yg disebut riders. Nah, kebanyakan riders ini bisa ditempelin ke unitlink ataupun TL, tergantung preferensi kita sebagai pembeli. So, bukan berarti dengan membeli TL trus kesehatan kita jd ngga tercover.
Semoga menjawab ya mbak…
Very nice article… Mas JP, saya mau mendaftarkan suami saya asuransi jiwa. Setelah melihat blog mas JP ini, saya tertarik untuk ambil TL. Namun ada hal yang masih mengganjal tentang TL ini… Mungkin bisa minta sarannya…
Mengacu pada gambar tabel, jika kita lihat perbedaannya, TL tidak memberikan proteksi setelah masa pembayaran premi selesai pada umur 38. Ini tidak seperti UL yang selamanya terproteksi. Nah, jika kita ingin mendapatkan proteksi selama-lamanya dengan TL, maka kita harus memperpanjang asuransi TL itu kan…
Pada saat kita memperpanjang TL itu, apakah sudah terpikirkan berapa premi yang harus dibayar pertahun pada umur 39, mengingat nilainya pasti naik seiring inflasi bahkan mungkin sampai 100% dari awal premi tahunan yang kita bayar pada umur 29 hanya untuk mendapatkan UP yang sama? Padahal dengan UL, kita tidak perlu pusing2 memikirkan nilai premi yang naik, ditambah juga keuntungan nilai Manfaat kita di UL akan terus naik.
Jadi bayangkan saat umur 48 (sesuai tabel):
– Dengan TL: investasi kita dengan reksadana 420jt, tapi kita mengeluarkan premi untuk TL kedua yang lebih mahal dan hanya mendapatkan UP yang kira2 sama seperti sebelumnya 500jt (asumsi kira2 aja).
– Dengan UL: kita bisa punya manfaat 815jt dan investasi 315jt.
Mungkin ini hal yang belum dicover oleh simulasi mas JP di atas. Jika mungkin mas JP memberi penjelasan atau bahkan jika ada simulasi dimana kita ingin memakai TL dengan range waktu lama (let’s say sampai 60-80 taun), maka saya akan sangat terbantu untuk menghilangkan keraguan ini…
Mohon sarannya mas JP, saya ngga banyak ngerti masalah asuransi soalnya… 🙂
Terimakasih sebelumnya…
Salam kenal Mbak Dita, makasih yah utk komennya. Saya coba jawab yah.
Sebenarnya pertanyaan Mbak udah saya terangkan di tulisan saya, tapi setelah saya baca ulang memang mungkin ada bagian yang kurang jelas. Maaf ya Mbak, karna itu saya coba jelasin lagi di bagian-bagian yang menjadi pertanyaan Mbak.
1. Mengenai premi perpanjangan TL: Yup, udah dipikirkan kok Mbak, dan itu saya tulis di POIN 4 tulisan di atas. Sebenarnya fokus utama dari simulasi ini adalah ke masalah return yng dijanjikan di simulasi UL (utk spesifik produk yang saya jadikan contoh). Pada tahun ke 10, bisa dilihat bahwa dgn asumsi return yg sama, hasil investasi di RD lebih tinggi sekitar Rp 22 juta dari hasil UL. Artinya, kalopun premi TL naik 2 kali lipat (dari kurang lebih 3 juta per tahun menjadi Rp 6 juta), atau lebih ekstrim lagi 4x lipat ke angka 12 juta, tetap aja ada kelebihan Rp 10 juta yang masih bisa dinikmati dari return RD sehingga hasil investasi total di masa depan menjadi lebih tinggi. Sedikit merevisi tulisan Mbak, sperti sudah saya jelaskan di atas, manfaat pertanggungan UL ngga terus naik lho, itu cuma hasil penjumlahan UP dengan hasil investasi. Kalo mo dibandingin seperti itu dengan RD, maka hasil RD harus dijumlahin dengan UP TL. Mohon maaf kalo penyajiannya seolah-olah menjadi 2 hal yg terpisah, cuma nyalin dari ilustrasi UL soalnya, hehehe…
2. Saat berumur 48, manfaat TL yg benar adalah tetap Rp 500juta. Angka Rp 815 juta adalah penjumlahan dgn hasil investasi sejumlah Rp 315 juta. Hasil RD sendiri Rp 420 juta, namun dengan masa investasi yang 5 tahun lebih pendek. Hitungan kasarnya sih, kelebihan investasi itu udah cukup untuk mengcover asuransi selama 10 tahun setelah masa TL berakhir di usia 38.
Tambahan lagi, kebutuhan asuransi itu akan meningkat sesuai peningkatan kebutuhan hidup dan saat usia tertentu akan menurun seiring dengan berkurangnya beban tanggungan dan bertambahnya akumulasi aset. So, mo pake UL or TL, tetap aja harus ada penambahan polis sampai pada usia tertentu. Nanti kali yah saya bahas lebih lanjut di blog ini, dan bagaimana strategi pemanfaatan polis sehingga ngga harus memperpanjang polis dengan premi berlipat-lipat saat jatuh tempo nanti.
3. Untuk simulasi dari usia 60-80 memang sengaja ngga saya bikin, karena sesuai dgn penjelasan saya di POIN 6, pada saat usia segitu normally kita udah ngga butuh asji lagi, kecuali msh ada tanggungan dan utang yg harus dibayar. Kenapa? Karena pada usia segitu anak-anak kita udah mandiri (dan tidak akan dirugikan dengan meninggalnya kita) dan akumulasi aset dan persiapan dana pensiun udah memadai yang bisa mengcover kebutuhan istri/suami dan tanggungan yg ditinggalkan.
Poin penting lain yg perlu diperhatikan adalah tulisan ini merupakan pandangan saya dan apa yg udah saya jalani. Namun karena karakter setiap orang berbeda, bukan berarti ini pandangan yg paling benar. Disamping itu, ngga menutup kemungkinan ada beberapa UL yang mampu memberikan UP tinggi dengan premi bersaing. So saran saya, tentukan dulu tujuan utama dari berasuransi (terutama mengenai jangka waktu perlindungan), setelah itu pahami produk yg akan dibeli. Tabel yg saya bikin dimaksudkan utk membantu teman-teman dalam melakukan perbandingan antar produk. Pemahaman produk ini penting sekali, jangan sampai nanti jadi menyesal setelah membeli dan agen asurasansinya yg disalah2in. Kasian juga nih temen2 agen asuransi ntar, hehehe. Oiya, karna itu pemilihan agen asuransi jg mesti hati-hati.
Semoga ngga salah memilih ya Mbak…
sukaaaa banget sama blog om JP ini……bisa jadi referensi menata finansial yang selama ini kacau balau…..xixixixi
eeemhhh gara2 banyak yang blg UL nggak menguntungakan akhirnya ingin menutup UL punya suami yg baru berjalan 2 tahun, dan melihat ilustrasi di atas jadi makin mantab menutup……..dan akhirnya menjelajahi toko2 asuransi yang menyediakan term life, ternyata nggak gampang cari asuransi term life ya hehehehe, setelah compare berbagai toko asuransi akhirnya akan (masih akan ya heheheh) memilih term 20 tahun dengan premi 2,235,000/tahun untuk usia suami 34 tahun UP 500 juta (dari sekian yang premi paling murah ya ini ) dan ini hanya mengcover jiwa doank tidak ada pengembalian premi alias gosong 🙂 kenapa pilih jiwa doank krn untuk kesehatan insyaAllah kami berdua dan anak2 masih di cover kantor….
eeeh mendadak ada yang menawari link2 an juga dengan bayar 3 tahun premi aja bisa cover jiwa dengannUP 500 juta dan masih ada nilai investasinya..
usia suami 34, UP 500 juta (jiwa sajaah), premi 6 juta/tahun, cuman di bayar hingga tahun ke tiga selanjutnya cuti premi tapi asuransi ttp tercover sampai usia 99 tahun dan masih ada nilai investasi…..
waduuuuhhh jadi galau nih….menurut mas JP gimana tuh produk yang di tawarin masuk akal nggak ? karena Asji sajahhh yang hampir kepilih dengan term 20 tahun, total premi yang di bayar 44 jt selama 20 tahun, premi hangus….eeeh sementara hanya dengan 6 jut/tahun selama 3 tahun total 18 jt, UP 500 jt, di cover sampai usia 99, masih ada nilai investasi….
mohon masukaannnnnn…..
tks
-hesty-
Halo Mbak Hesty, salam kenal. Makasih yah udah menyimak blog ini. Mengenai tawarannya, saya juga jadi galau nih, hehehe. Gini mbak, sepengalaman saya, memang ada beberapa UL yg menawarkan beberapa inovasi yg bisa dibilang menarik dan menguntungkan. Namun tetap ada kondisi-kondisi yg diikuti. Jadi kembali lagi, sesuai ngga dengan kebutuhan kita.
Saya sendiri ngga bisa komen tanpa melihat kondisi-kondisi detail dari tawaran ULnya. Kalo mau, mbak bisa email dokumennya ke juniorplannerindo@gmail.com. Nanti coba saya bantu liatin. Terima kasih.
Terimakasih info2nya, jd lbh ada gambaran mengenai wholelife, termlife, unit link dan reksadana setelah membaca artikel ini dan komen2nya.
Sama2 mbak. Semoga berguna yah…
Mohon masukannya, selama ini saya mengambil paket asuransi jiwa yg ada embel jika rawat inap ada manfaatnya pula. Dari bbrp tulisan yg saya baca lebih menganjurkan untuk dipisah antara jiwa dan kesehatan. Apakah jenis asuransi wholelife dan termlife tersedia untuk setiap kebutuhan asuransi ( jiwa, kesehatan, mobil, kebakaran dll) atau terutama hanya untuk asuransi jiwa. Terus terang bbrp kali mengambil asuransi lebih karena tidak enak krn yg jual msh keluarga atau kerabat, tetapi sampai saat ini msh bingung dan tidak mendapat gambaran scr keseluruhan jenis dan tipe asuransi. hanya cuplikan2 info dr produk2 yg mereka pasarkan. Sebagai contoh saya pernah ikut asuransi kesehatan AIA (jika rawat inap) untuk seluruh keluarga dan diperbaharui tiap tahun tetapi hagus jika (alhamdulilah) seluruh keluarga kita sehat tahun itu (ini salah satu contoh asuransi kesehatan jenis termlife kan?? Atau lain lagi krn TL hanya untuk jiwa?). Saya juga mengambil prudential jiwa dgn investasi, cacat tetap, dan sakit sbg embel2 namun nilai asuransi jiwanya yg lbh besar. Kmd saya mengambil unitlink di avrist dgn nilai investasi yg lbh besar untuk ketiga anak saya (berarti 4 asuransi yg saya punya ini termasuk asuransi jiwa wholelife ya ?krn hanya membayar hingga bbrp tahun (lupa) yg saya ingat untuk unitlink avrist benefit asuransi jiwanya rendah, pembayaran premi tidak terlalu lama himgga tahun ke 10 kalau tidak salah, dan mereka menjual dgn alasan dananya untuk anak2 saat masuk smp atau sma. sedangkan yg asuransi jiwa prudential benefit jiwa hingga 2 m premi lbh lama dan dana tunai bisa diambil dlm jangka waktu yg lbh lama. Yg saya tanyakan apakah asuransi2 yg saya ambil ini sebenarnya jenis yg sama dgn kemasan berbeda atau asuransi yg memang berbeda? Maaf jika saya bertanya hal yg dasar sekali, pengetahuan saya tentang planning keuangan msh sangat rendah. Terimakasih
Asuransi itu sebenarnya bisa dibagi dalam 2 bagian besar, asuransi jiwa dan asuransi general. Asuransi jiwa meliputi proteksi terhadap pribadi manusia, meliputi jiwa, kesehatan, penyakit kritis dll. Sementara asuransi general/umum memberikan proteksi pada non-jiwa, seperti asuransi pada property dan kendaraan.
Untuk asuransi jiwa sendiri, dasarnya adalah sebuah produk yg ditujukan utk memproteksi jiwa tertanggung. Selain produk inti tersebut, ada lagi jenis asuransi tambahan yg disebut rider, yg mana bisa bisa kita ambil untuk melengkapi asuransi jiwa kita tsb. Kalo pake contoh mobil, asuransi yg memproteksi jiwa itu adalah mobil standar, sedangkan rider2 yg tersedia adalah aksesorisnya. Tergantung pembeli mobil mau menggunakan aksesoris yg mana, atau malah tidak menggunakannya sama sekali. Pada kasus penjualan asuransi jiwa di Indonesia, biasanya konsumen cuma menerima rider yg dipasangkan oleh agen asuransi tanpa mengetahui perlu tidaknya rider tersebut.
Umumnya rider2 ini bisa dipasangkan ke asuransi jenis apapun, termasuk termlife dan whole life. Jd tdk hanya terbatas pada unitlink saja. Tapi ada beberapa produk perusahaan tertentu yg tidak bisa dipasangi rider tertentu.
Untuk asuransi kesehatan, saat ini memang ada beberapa perusahaan asuransi yg menjual secara terpisah. Ini berbalik kepada kebutuhan masing2 konsumen. Misalnya, jika kepala rumah tangga sudah memiliki asuransi kesehatan dari kantor dgn pertanggugan memadai, maka rider asuransi kesehatan tidak diperlukan. Demikian juga sebaliknya. Jika memang asuransi kesehatan di luar fasilitas kantor ini dibutuhkan, maka tergantung konsumen untuk memilih askes sebagai rider atau sebagai askes tersendiri. Tinggal dibandingin aja kedua keunggulan dan kekurangan kedua produk tersebut. Kasus lain, misalnya kita ingin membuat asuransi utk anak. Karena anak belum memiliki kontribusi keuangan dlm keluarga, maka tentu kita tidak perlu membuatkan asuransi jiwa utk anak tsb, tapi mungkin butuh utk dibelikan asuransi kesehatan.
Mengenai produk yg mbak miliki, dari ceritanya sih tampaknya unitlink. Intinya, coba mbak pikirkan lagi tujuan dari pembelian polis tersebut. Apakah untuk proteksi atau untuk investasi? Saya ngga memeberikan judgement bahwa unitlink ngga tepat, tapi tentu ada produk lain yg benar-benar ditujukan untuk berinvestasi, tanpa ada embel2 apapun, apalagi jika memang ternyata mbak ngga membutuhkan proteksi asuransi. Kalaupun memang unitlink ini dibutuhkan, review lagi apakah rider2 yg tersedia memang dibutuhkan juga.
Demikian jawaban saya ya mbak. Semoga menjawab pertanyaannya. Jgn sungkan jika masih ada yg ingin didiskusikan lebih lanjut.
Terimakasih, sangat menjawab 🙂
Menarik nih Mas, barusan kmrn tmn saya yg agent dgn bekal CFP nya menawarkan saya unit link syariah pembayaran premi slm 15 thn … saya berusaha berdiskusi dgn membandingkan dgn Asuransi dan investasi yg dipisahkan spt artikel Mas di atas. Temen saya berargument bahwa dgn konsep tsb tdk ada pertanggungan utk penyakit kritis Dan investasi tdk tercapai tujuannya jika mengalami sakit kritis sehingga porsi investasinya jadinya digunakan utk membiayai penyakit tsb. Mnrt Mas gmn?
Dia akan memberikan perhitungannya mggu dpn dgn premi 1.5 atau 2 it per bulan. Boleh ga Mas nanti saya dibantu utk perhitungan term life+RD yg memberikan manfaat yg sama tp dgn total premi+invest RD yg lbh kecil Dari premi UL dr tmn saya tsb.
Halo mas wawan.
Untuk kasus di Indonesia saat ini, memang proteksi penyakit kritis belum dijual secara mandiri, selalu masih berupa asuransi tambahan (rider) yg menginduk di asuransi jiwa. Dan memang asuransi termlife belum semuanya memiliki rider penyakit kritis ini.
Biasanya utk klien saya, jika ada concern mengenai penyakit kritis, maka ada perhitungan khusus yg harus dilakukan, tergantung kebutuhan proteksi dan budget yang tersedia. Bisa saja pada akhirnya kita kombinasikan 2 produk sesuai kebutuhan.
Beberapa hal yg harus diperhatikan:
– Hitung dengan cermat kebutuhan proteksi jiwa dan penyakit kritis yg dibutuhkan. Fokus pada “uang pertanggungan” yg tepat, bukan besarnya premi bulanan.
– Fokus pada proteksinya, bukan pada investasinya. Coba maksimalkan proteksinya dgn menekan porsi investasi.
– Perhatikan tipe proteksi penyakit kritisnya, apakah proteksinya dilakukan di final stage ataukah early stage. Jgn sampe kita membayar sebuah rider yg harus menunggu kita benar2 dalam kondisi kritis baru bisa diklaim.
– Bandingkan beberapa perusahaan asuransi. Bahkan kalo perlu bandingkan penawaran dari 2 agen asuransi dari perusahaan yg sama. Fokus jualan masing2 agen bisa beda lho, hehehe… Apalagi kalo mslh penyakit kritis, ada beberapa perusahaan asuransi yg punya spesifikasi diatas perusahaan lainnya.
Demikian sedikit masukannya. Oiya, jgn terpaku jg dengan gelar sertifikasi mas. Sama aja kayak gelar sarjana, semua orang bisa lulus kuliah dan berhak menyandang gelar tertentu, tapi belum tentu disertai dengan pemahaman yg matang akan bidangnya 😉 Apalagi kalo mau jujur, saat ini lumayan gampang untuk mendapatkan gelar sertifikasi seperti CFP. Masalah kualitasnya yg nanti bisa diukur di lapangan. Saya sendiri bergelar CFP, tapi karena kebetulan jg latar belakang saya adalah dunia keuangan (pendidikan dan pengalaman kerja), serta saat ini saya jg adalah instruktur utk pelatihan CFP di FE-UI, so berani lah nyombong dikit masalah pemahaman ini, hihihi…
senang sekali baca artikel ini pak… sy cape ditawarin unit link,begitu nanya termlife,agen2nya selalu kebingungan jawab,dan ada yg baru denger yg namanya termlife.
Bolehkan sy diinfo asuransi yg menjual termlife di Indonesia,dan juga untuk asuransi penyakit kritis secara terpisah at early stage…
Terima kasih sebelumnya…
Kind regards,
Diana
Salam kenal Mbak Diana. Saya sudah tidak begitu update lagi dengan produk-produk terbaru dari perusahaan asuransi. Namun untuk termlife beberapa perusahaan yang saya tau adalah Sunlife dan Manulife. Atau ada diantara temen2 yang bisa menambahkan? 🙂
Tidak semua produk unit link lebih mahal daripada termlife, namun pun demikian, harus tetap dimengerti bahwa fungsi utama investasi pada unit link bukan untuk diambil dan dikonsumsi untuk kebutuhan lain, investasi unit link adalah untuk melindungi unsur proteksi dari unit link itu sendiri. Berikut adalah perhitungan yang menunjukkan unit link tidak mahal dan memiliki bentuk perlindungan atau proteksi yang lengkap
http://proteksikeluargasyariah.com/2016/01/10/matematika-terapan-unit-link-dan-termlife-20-tahun-unit-link-allianz-lebih-murah/
Thanks utk masukannya. Secara hitungan jika benar maka produk ini harusnya bagus banget, tinggal bagaimana memverifikasi kebenaran data proyeksi hasil investasinya. Hasil investasi TL jelas bisa dibuktikan dengan karena angka jumlah investasi, periode dan imbal hasil jelas terlihat. Berbeda dgn proyeksi produk mas, jumlah investasinya tidak keliatan. Cuma ada 20 tahun dan 13%, tau2 nemu angka sekian 🙂 Bukan ga percaya lho mas, hanya saya pernah nemu proyeksi seperti ini yg ternyata dasarnya tidak bisa dijelaskan.
Anyway, linknya (saya edit dulu jadi nofollow ya mas) tetap saya tampilkan karena buat saya cara pembandingnya cukup informatif buat kita semua. Intinya saya setuju dengan cara membandingkan sesuatu agar kata “lebih mahal” bisa didefinisikan dengan baik. Cara menghitung nilai investasi di link tsb juga membantu bagi teman2 yang ingin menghitung return, misalnya reksadana (mengingat pengelola reksadana tidak diperkenankan oleh regulator utk menampilkan table proyeksi return seperti di asuransi).
Thanks lagi mas atas informasinya 🙂
Terima kasih Pak masukannya.
Tabel proyeksi investasi unit link disertakan di tulisan berupa link ke gambar proyeksi investasi, dan nilai proyeksi investasi ini sudah dipengaruhi oleh kenaikan biaya asuransi di masa mendatang….seberapa besar proyeksi kenaikan biaya asuransi di masa depan per polis bakal unik, dan perlu banyak parameter, sejauh ini belum pernah saya lihat ada…mungkin bakal terlalu membuka rahasia…hahaha… 🙂
Di tulisan saya juga sarankan nasabah unit link untuk tidak cuti premi, karena nilai investasi tidak pernah bisa dijanjikan.
Nah itu dia, karena selama ini asumsinya nilai sisa yg bisa diinvestasikan di unitlink lebih kecil karena macem2 biaya. Sehingga harusnya nilai investasinya lebih kecil dgn rate yg sama. Kalo tau2 proyeksinya bisa lebih besar artinya nilai sisa yang bisa diinvestasikan di UL ini menjadi lebih besar dan dengan sendirinya cost of insurance di produk UL tsb lebih murah dari asuransi murni. Bener kan ya logikanya? Makanya jika memang bener begitu, produk ini bagus bgt harusnya 🙂
Benar Pak, logikanya seperti itu
Ini artikel yang penuh pencerahan pak JP =). Saya saat ini sedang ingin mengambil asuransi Termlife UP +- 1.5 M, dengan rider kesehatan. Nah ada 3 asuransi yang saat ini sedang saya bandingkan, M4nuli**, A14 dan 5unl1fe*. Namun saya ingin memastikan berapa lama waktu termlife sebaiknya saya ambil ya, dengan catatan sekarang saya berusia 33 tahun. Sehingga perpanjangan nanti tidak terlalu naik tinggi dan juga UP pastinya perlu disesuaikan juga. Mohon sarannya dari bapak, dan terima kasih banyak sebelumnya ya.
Halo mas Andi. Untuk berapa lama dan berapa besarnya tergantung kebutuhan. Paling gampang benchmarkingnya adalah dgn menghitung jumlah tanggungan saat ini dan sampai kapan tanggungan ini bisa “lepas” dari kita. Contoh, jika sekarang anak terkecil mas Andi berusia 5 thn, dengan asumsi dia akan mandiri di usia 25 tahun, maka term nya minimal adalah 20 tahun. Jika misalnya anak baru 1 tahun, ambil dulu saja utk 20 tahun. Dalam 5 tahun ke depan, ambil lagi untuk 20 tahun lagi dgn UP yg disesuaikan. Toh dengan bertambahnya usia anak, awalnya kewajiban kita sbg ortu utk membiayai anak akan meningkat. Namun lama kelamaan setelah beban pendidikan pelan-pelan mulai terlewati, maka kewajiban biaya ini juga makin berkurang. Ini sejalan dgn strategi berasuransi dengan masuk dalam 2 tahap. Kira-kira seperti itu mas. Semoga membantu ya 🙂