Arti Penting Uang Kas Dalam Perencanaan Keuangan Keluarga

Uang tunai dan pasar modal

Kondisi pasar modal Indonesia di Januari 2016 ini benar-benar bikin sakit jantung untuk para investor, khususnya yang aktif berinvestasi (apalagi trading) saham. Gimana ngga, saham-saham unggulan naik turun dengan kencang, dihajar berbagai berita mulai dari penurunan harga minyak bumi, kenaikan bunga the Fed, ledakan bom Sarinah dan pelemahan ekonomi China.

Sampai-sampai banyak pihak yang merasa bahwa untuk kondisi saat ini, daripada investasi di instrumen-instrumen berisiko, mendingan pertahankan dalam bentuk uang tunai (termasuk uang yang tersimpan di produk perbankan seperti tabungan dan deposito). Salah satu pendapat tentang hal ini bisa dibaca di tulisan di harian Kontan hari Jumat lalu.

Uang tunai lebih aman dan produktif

Yes, saya setuju jika dibilang saat ini uang kas justru lebih aman dan produktif dibanding investasi di pasar modal, khususnya saham atau produk turunannya. Lain cerita jika anda adalah trader saham atau investor yang sudah sangat terbiasa dengan transaksi pasar modal ya.

Di tulisan saya sebelumnya tentang Investasi Terbaik 2015 juga jelas terlihat bahwa sepanjang 2015 investasi di saham ataupun reksadana saham justru memberikan imbal hasil negatif, berbeda dengan deposito atau USD.

Uang tunai sebagai dana darurat

Berbicara tentang uang kas dalam personal finance, terkadang pribadi atau keluarga merasa bahwa semua aset yang dimiliki, tunai dan non-tunai, harus bisa diputar untuk memperoleh imbal hasil setinggi-tingginya. Sayang gitu lah jika duit cuma mengendap di tabungan dan deposito. Intinya banyak yang masih belum menyadari arti penting uang kas dalam perencanaan keuangan keluarga/pribadi.

Sebenarnya dalam konsep perencanaan keuangan (personal finance), setidaknya setiap orang/keluarga harus memiliki dana ‘nganggur’ yang berfungsi sebagai “dana darurat“. Yah, tapi terkadang dana darurat digunakan juga untuk kebutuhan lain yang akhirnya membuat was-was saat tiba-tiba muncul kebutuhan mendesak.

Dalam konteks dana darurat, sah-sah saja untuk digunakan selama memang untuk kebutuhan mendesak. Dan hukumnya wajib untuk mengembalikan saldonya ke level normal lagi. Trus, bagaimana jika dana darurat ini digunakan untuk investasi? Bolehkah dana darurat digunakan untuk investasi?

Sebaiknya JANGAN, kecuali jika anda benar-benar yakin mengenai: hasil dan periode investasi, serta tidak ada kebutuhan mendesak dalam periode tersebut. Saya pernah beberapa kali menggunakan dana darurat saya untuk keperluan investasi.

Saya sharing sedikit tentang pengalaman pribadi. Ngaku dosa tepatnya. Saya beberapa kali menggunakan dana darurat untuk keperluan trading saham. Kenapa? Gemes, ngga kuat liat harga saham favorit lagi turun banyak, hehehe. Yah, lumayan lah kadang penerawangan mengenai saham ini benar. Beberapa hari bisa naik 2-3% juga cukup, langsung jual.

Tapi bukan berarti selalu benar semua lho. Sekarang aja misalnya, terpaksa memutar otak merealokasi beberapa dana karena dana darurat nyangkut di BMRI, WTON, INDF dan AISA 🙁 Sukurlah, Jumat kemarin sudah ada tanda-tanda perbaikan, semoga berlanjut ke minggu-minggu berikutnya. Amiiiin….

Pentingnya cash dalam personal finance

So, jelas sekali bahwa uang tunai sangat penting dalam konteks personal finance. Mengapa demikian? Berikut beberapa alasannya:

1. Dana darurat

Ini adalah hal utama dalam bentuk uang tunai yang harus dimiliki dalam personal finance untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat mendadak dengan jumlah relatif besar. Apalagi dengan kondisi perekonomian seperti sekarang, dana darurat mutlak diperlukan untuk berjaga-jaga jika seandainya terjadi penurunan penghasilan, atau lebih buruk lagi, pemutusan hubungan kerja.

Minimal dana darurat ini bisa berguna untuk menambal kebutuhan keluarga sampai mendapat anda memperoleh pekerjaan lagi atau memiliki usaha pengganti yang menghasilkan. Dana darurat ini sebaiknya jangan digunakan untuk berinvestasi sesuai pembahasan saya diatas, lebih baik bentuk alokasi lain untuk kebutuhan ini (lihat poin 3).

2. Likuiditas.

Dalam perusahaan ada yang namanya petty cash, yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan rutin yang sewaktu-waktu harus cepat dikeluarkan.

Contohnya minggu lalu saya tiba-tiba harus mengeluarkan uang untuk 2 kebutuhan: ganti pompa air dan pemeriksaan darah anak kembar saya. Lumayan, totalnya 2 jutaan. Kebutuhan ini kan bersifat sesuatu yang harus langsung dibayar, bayangkan jika pada saat itu akhir bulan, uang saya di rekening pas-pasan dan dana darurat saya semuanya berbentuk daposito, RDPU atau emas.

Lebih parah lagi jika saya tidak memiliki dana darurat, semuanya berbentuk investasi saham. Lucu juga sih jadinya, harus jual saham gara-gara pompa rusak, hehehe. Lebih lucu lagi jika sahamnya lagi posisi rugi. Terus, gimana lagi kalau semua asetnya berbentuk property? 🙂 Udah ah, ngga kelar-kelar ini bahasannya, hehehe.

3. Kesempatan memanfaatkan momentum untuk investasi.

Nah, jika memang anda termasuk orang yang suka mencari opportunity investasi, sebaiknya alokasikan juga dana untuk investasi. Bisa jadi ini menjadi bagian dari dana darurat, tapi tentukan dulu level minimum dari dana darurat yang benar-benar tidak bisa diganggu-gugat. Sebagai contoh: level dana darurat anda adalah 6x biaya bulanan.

So, buatlah dana darurat ini menjadi 8-9x biaya bulanan, dengan minimum level yang tersisa setelah investasi adalah 3x biaya bulanan. Ini contoh lho ya, dan hanya berlaku untuk anda yang paham mengenai investasi yang anda lakukan dan risiko-risikonya.

Jangan sekali-sekali menggunakan teknik ini untuk investasi-investasi tidak jelas (lha wong yang jelas kayak saham aja risikonya masih tinggi, hehehe).

4. Kesempatan untuk melakukan pembelian/pembayaran

Yes, kesempatan untuk melakukan pembelian/pembayaran jika ada kebutuhan yang ditawarkan dengan harga murah. Bayangkan jika anda sedang berencana mengganti mobil atau membeli sesuatu yang membutuhkan DP, dan tiba-tiba ada info bahwa barang tersebut sedang ditawarkan dengan discount super gede dalam periode terbatas. Tanpa uang tunai di tangan, yang bisa kita lakukan cuma komen: coba gw ada duit… hehehe.

Atau buat bapak-bapak, tiba-tiba ada diskon Longchamp besar-besaran. Pas banget kan untuk bikin istri senang dengan harga ekonomis?! Alesannya ‘an early birthday present’ lah, daripada pas ultah beneran ngga ada diskon, hehehe.

Contoh lebih kecil, saya pernah menguras petty cash saya untuk memborong popok. Yes, bagi para parents harusnya tau bahwa kebutuhan yang satu ini tidak bisa dihindari dan lumayan menguras dompet, apalagi jika anda punya lebih dari 1 bayi/anak kecil dalam waktu yang sama. Di salah satu supermarket ngetop di Bandung, dalam 1 periode, sering sekali melakukan sale popok merek ternama dengan harga miring.

Alhasil, saat si kembar berusia 3 bulan, saya sudah memiliki popok yang cukup untuk mereka sampai usia 9 bulan. Saat mereka berusia 8 bulan, stok popok saya sudah cukup sampai usia mereka 1.5 tahun 🙂 Berapa banyak tuh popoknya? Buanyaaak. Menuhin 1 kamar di rumah mertua di Bandung, hehehe.

Wajar lah saya mesti aware dengan hal-hal seperti ini karena kebutuhan rata-rata keluarga saya adalah 10 popok per hari. Dan penghematan saya dengan memborong saat diskon mencapai 30%an dari harga normal. Coba jika tidak ada petty cash yang bisa digunakan, ya cuma bisa geleng-geleng tiap beli popok di harga normal 🙂

5. Menghindari pinjaman berbunga tinggi.

Dengan sendirinya jika kita memiliki buffer berbentuk uang tunai yang mencukupi maka semua kebutuhan mendadak dapat dipenuhi tanpa harus memaksa kita untuk memanfaatkan kartu kredit (dengan maksud untuk dicicil) ataupun kredit tanpa agunan yang menambah beban bunga bagi kita.

====

Akhir kata, istilah “cash is king” jelas berlaku dalam konteks  personal finance. Uang tunai adalah instrumen paling aman bagi kita semua terutama dalam menghadapi situasi sulit atau tidak menentu. Pastikan kita memiliki posisi cash dalam neraca pribadi/keluarga di level yang mencukupi.

Semoga bermanfaat.

 

Image: http://www.thesmallbusinesssite.co.za

No Responses

Leave a Reply