Belajar Dari Masalah Keuangan Pribadi Johnny Depp

Topik ini baru terpikirkan saat minggu lalu selesai menonton film Pirates of Carribian: Salazar’s Revenge. Lumayan lah filmnya, tapi saya tetap lebih suka seri-seri sebelumnya. Tenang, saya bukan mau menulis review film kok, hehehe.

Johnny Depp bangkrut?

Ada berita mengejutkan di awal 2017 ini tentang Johnny Depp, yang kemudian muncul lagi di awal Mei lalu, menjelang rilis film Pirates of Carribian. Menurut berita yang beredar, salah satunya seperti yang dilansir oleh Dailymail, Johnny Depp mengalami kesulitan keuangan karena gaya hidupnya yang berlebihan.

Ultra-extravagant lifestyle

Berlebihan saja sepertinya kurang cukup mendefinisikan gaya hidup Om Johnny. Coba kita lihat satu per satu biaya hidup beliau dan koleksi aset-aset mewahnya:

  1. Pengeluaran sekitar US$ 2 juta, atau sekitar Rp 26.6 miliar dengan kurs hari ini. Itu pengeluaran bulanan lho, fiuuuh… Ini termasuk untuk menggaji 40 orang karyawan pribadinya.
  2. Alokasi US$ 300.000 atau sekitar Rp 4 miliar per bulan untuk pembelian anggur.
  3. Kapal pesiar senilai US$ 18 juta (Rp 239.4 miliar)
  4. 14 rumah senilai US$75 (Rp 997.4 miliar), diantaranya ada mansion di Hollywood dan Venezia, kastil di Perancis, gugusan pulau di Bahama, penthouse di Los Angeles dan peternakan kuda yang luas di Kentucky.
  5. 45 unit luxury cars.
  6. Beberapa pesawat pribadi.
  7. Lebih dari 200 unit koleksi seni.
  8. 12 tempat penyimpanan memorabilia dari bintang-bintang ternama.

Ini sih kehidupan super wah, yang harusnya jadi mimpi setiap orang. Namun kemewahan ini ternyata sangat berlebih, atau menurut istilah media US: ultra-extravagant lifestyle, dan sebenarnya diluar kemampuan keuangan Johnny Depp sendiri.

Walaupun Johnny Depp terus memperoleh bayaran mahal untuk film-film yang dibintangi, tapi tetap tidak bisa membiayai gaya hidupnya. Bahkan menurut akuntannya, sejumlah UD$ 650 juta yang diperoleh selama 13 tahun telah hilang begitu saja. Wow…

Dan akibatnya jelas, menurut keterangan ex-manajer nya yang sedang mengajukan tuntutan hukum, saat ini Johnny Depp terancam bangkrut dan sedang berusaha menjual beberapa rumah mewahnya.

Perusahaan yang sebelumnya menangani Johnny Depp, TMG, mengatakan bahwa saat ini mereka menuntut sang Captain Jack Sparrow ini untuk mengembalikan uang senilai US$ 4.2 juta. Uang ini sebenarnya adalah dana talangan dari TMG saat Johnny Depp tidak bisa mengembalikan pinjaman bank yang digunakan.

Hal yang tidak masuk akal, dengan mempertimbangkan fakta bahwa Johhny Depp memperoleh penghasilan sebesar UD$ 48 juta di 2016 dan US$ 30 juta di 2015 (data Forbes). Harusnya US$ 4.3 juta mah ngga ada artinya. Kemana tuh duit?

Tragis memang. Seorang artis super kaya dengan aset super mewah ternyata harus mencari hutangan untuk biaya hidup dan akhirnya terjebak dengan tuntutan hukum karena tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan dana tersebut.

Masalah biasa untuk artis Hollywood?

Masalah kesulitan keuangan ini ternyata bukan hal aneh di kalangan artis Hollywood. Seperti dilansir dari Inquisitr, ternyata banyak juga artis besar yang mengalami masalah yang sama dengan Johnny Depp.

Contoh lain, seperti diberitakan di Deluca, banyak deretan artis top Hollywood seperti Brendan “The Mummy” Fraser, Nicolas Cage, Kim Basinger, ataupun Mike Tyson yang mengalami masalah keuangan sejenis.

Atau juga Scott Stapp, vokalis Creed – band favorit saya jaman kuliah, yang tidak hanya bangkrut tapi juga sampai tidak memiliki rumah sama sekali. Kebanyakan karena alasan yang sama: extravagant lifestyle.

Pelajaran dari masalah Johnny Depp

Mungkin ada yang bilang bahwa kasus di atas terjadi karena mereka artis, yang tiba-tiba mendapatkan harta berlimpah sehingga akhirnya digunakan dengan boros. Atau juga karena tuntutan gaya hidup di level selebriti seperti mereka.

Yes, betul. Tapi dalam versi kecilnya hal ini pun bisa terjadi pada orang biasa seperti kita. Jadi bagaimana supaya hal ini tidak terjadi?

#1 Hidup sesuai kemampuan

Jangan sampai hidup dengan “besar pasak daripada tiang”. Klasik memang, tapi sangat benar. Dan kebetulan hal ini paling banyak terjadi di masyarakat kita.

Pernah dengar istilah gaji 10 koma? Yang artinya tiap tanggal 10 gaji tinggal koma nya doang? Nah, salah satu contoh bagus tuh bagaimana harusnya penghasilan diatur sehingga bisa mengcover semua pengeluaran hidup kita sampai akhir bulan.

Biasanya karena ngga cukup, banyak juga yang memanfaatkan kartu kredit sebagai penyambung hidup. Ya ngga apa-apa juga sebenarnya, asal mampu bayar saat ada tagihan. Bukan cuma bayar minimum payment.

Jika memang ada “kebiasaan buruk” yang menggerus keuangan kita, saatnya untuk mencoba berubah.

#2 Cash flow harus positif

Banyak orang yang kebingungan jika ditanya: berapa pengeluaran per bulan? Alasannya karena tidak pernah dicatat, semua keluar begitu saja.

Padahal pengetahuan tentang pengeluaran ini sangat penting karena akan menjadi pegangan untuk memonitor keseimbangan pemasukan dan pengeluaran dalam rumah tangga.

Dengan memonitor pemasukan-pengeluaran, akan diketahui apakah cash flow pribadi kita positif atau negatif. Memonitor cash flow ini susah susah gampang.

Gampang karena kita cukup mencatat semua pemasukan dan pengeluaran. Susah karena membutuhkan disiplin dan kemauan untuk menjalankannya, khususnya dalam mencatat pengeluaran.

Ini langkah-langkah untuk mulai memonitor cash flow:

  1. Mulai catat semua pengeluaran kita dari awal bulan sampai dengan akhir bulan. Kumpulkan semua bukti transaksi kita, dan lakukan pencatatan secara rutin setiap malam.
  2. Bandingkan dengan pemasukan, apakah masih ada saldo positif? Selamat buat yang positif.
  3. Jika ternyata saldo negatif? Mulailah menganalisa pos-pos mana saja yang bisa dipangkas. Ini bukti jelas bahwa kita masih hidup di atas kemampuan kita
  4. Jika sudah positif, lakukan analisa mengenai alokasi pengeluaran yang sudah dilakukan saat ini. Apakah ada pemborosan atau adakah pos-pos yang masih bisa dihemat/dikurangi.

#3 Dana darurat

Sedia dana kas untuk kebutuhan-kebutuhan jangka pendek. Bahasa kerennya dana darurat. Dalam kasus Johnny Depp tadi, sebenarnya dia tetap kaya secara aset, namun tidak ada yang bisa langsung dirubah menjadi uang kas untuk kebutuhan jangka pendek.

Akhirnya harus mencari pinjaman dari bank, dari manajernya dan mungkin dari orang-orang terdekat, dan akhirnya berakhir dengan gagal bayar dan jual aset.

#4 Anggaran pribadi atau anggaran keluarga

Mulai susun anggaran. Anggaran pribadi atau anggaran keluarga ini adalah hal penting yang seringkali dibahas oleh para konsultan keuangan pribadi. Kenapa? Karena ini adalah panduan bagi setiap pribadi atau keluarga untuk mencapai tujuan keuangan yang optimal.

Tidak ada batasan mengenai anggaran yang sesuai ya. Semua berbalik pada kebutuhan dan karakter masing-masing, serta tujuan keuangan yang ingin dicapai. Jadi bukan berarti semua yang “mewah” dilarang dimasukan di anggaran ya. Coba dianalisa dulu dampaknya untuk kita sendiri.

Contoh: kita sering beli kopi di Starbucks saat hari kerja. Is it bad? Belum tentu. Jika kita adalah tipe orang yang membutuhkan kopi untuk fokus bekerja, dan cocoknya dengan kopi Starbucks, ya go ahead. Toh ada dampak positifnya dari sisi keuangan.

Tapi tentunya kita harus paham bahwa konsekuensinya harus ada penghematan di pos pengeluaran lainnya agar tidak membuat cash flow kita menjadi negatif.

Boleh ngga bersenang-senang menikmati uang hasil jerih payah kita?

Boleh banget lah!! Melakukan penyusunan anggaran bukan berarti merubah kita menjadi orang pelit lho. Anggaran pribadi akan menuntun kita untuk menjadi hemat, tapi bukan berarti kita tidak boleh bersenang-senang menikmati uang kita. Benar ngga?

Anggaran tidak membuat kita menjadi terkekang kok. Sebaliknya, seperti sudah disebutkan di atas, anggaran ini harus ada untuk menjadi panduan dalam menggunakan uang.

Silakan masukan hal-hal yang menyenangkan seperti liburan, nonton konser ataupun beli barang-barang mahal di dalam anggaran ini. Dari situ akan tercermin liburan atau barang-barang seperti apa yang harus kita beli, kapan harus dilakukan dan seberapa sering bisa dilakukan.

Kan enak, jelas terlihat alokasi semua penghasilan kita, baik bulanan ataupun tahunan. Bisa digunakan untuk tujuan keuangan di masa depan ataupun tujuan hura-hura. Yang penting semua terpantau dengan baik dan masing-masing memiliki konsekuensi keuangan yang terukur.

Buat beberapa teman, penyusunan anggaran dengan memasukkan hal-hal menyenangkan justru menjadi suatu pemacu untuk bekerja lebih giat dalam mencari penghasilan. Ini bukan berlaku untuk pengusaha atau pekerja bebas ya, juga berlaku untuk karyawan yang akhirnya berpikir kreatif untuk menambah penghasilan.

Tentu bukan berarti semua keinginan untuk bersenang-senang bisa dituruti. Sempatkan untuk melakukan analisa tentang pengaruh positif dari masing-masing keinginan ini. Dari situ bisa dilakukan proses seleksi untuk memilih keinginan yang ingin diwujudkan.

Saya yakin banyak yang pasti tidak mau memiliki banyak uang dan kesempatan untuk bersenang-senang saat pensiun di usia 55 tahun, tapi tidak pernah menikmati saat-saat menyenangkan di usia 30-40an. Bener ngga?

Go out and enjoy your money. Tapi, tetap dimonitor dengan baik menggunakan anggaran yang terukur. Kenapa? Agar tidak berakhir dengan bangkrut seperti cerita para artis Hollywood di atas.

 

 

Image: feelgrafix.com

5 Comments

  1. crey June 8, 2017
  2. dani June 13, 2017
  3. Zaenal August 4, 2017
  4. Blog Eka August 29, 2017
    • JrPlanner August 29, 2017

Leave a Reply