Kinerja Investasi 2017 dan Peluang Investasi 2018

Tahun 2017 sebentar lagi akan segera kita tinggalkan dan mulai memasuki tahun baru 2018. Dari sisi dunia investasi, khususnya berkaitan dengan investasi pribadi, banyak hal yang terjadi di tahun 2017 ini. Mulai dari lesunya perekonomian yang berpengaruh ke imbal hasil investasi, sampai dengan investasi bodong yang memakan banyak sekali korban dan melibatkan putaran uang yang tidak sedikit.

Review kinerja instrumen investasi 2017 bagi perencanaan keuangan pribadi

Instrumen investasi pribadi di tahun 2017 masih didominasi oleh instrumen-instrumen seperti reksa dana, saham, properti, emas dan juga produk deposito perbankan. Berikut sedikit ulasannya.

Investasi saham

Pasar saham sampai dengan minggu kedua Desember 2017 telah mencapai pertumbuhan sekitar 15.53%, yang tercermin dari kenaikan IHSG menjadi 6.119,42 (15 Desember 2017) dari 5.296,71 per akhir tahun 2016 (30 Desember 2016). Hasil ini melanjutkan pertumbuhan saham di kisaran 15% sepanjang tahun 2016 lalu.

Hasil ini membawa saham menjadi salah satu instrumen favorit karena mampu memberikan imbal hasil tinggi sepanjang tahun 2017 ini, walaupun investor harus tetap jeli melakukan pemilihan saham yang akan dibeli.

Investasi reksa dana

Reksa dana masih menjadi pilihan utama bagi investor individu sepanjang tahun 2017. Selain disebabkan oleh nilai investasi yang sangat terjangkau, banyaknya pilihan agen penjual juga menjadi pemacu meningkatnya minat masyarakat terhadap produk investasi ini. Kemudahan bertransaksi secara online pun semakin menambah daya tarik reksa dana.

Imbal hasil reksa dana sejak awal tahun 2017 tercatat cukup memuaskan. Mengikuti kinerja IHSG, Reksa Dana Saham secara rata-rata mampu pemberikan imbal hasil di atas 10%, bahkan tidak sedikit produk yang membukukan kinerja mengungguli IHSG.

Reksa Dana Pendapatan Tetap juga tercatat membukukan kinerja yang bagus, dimana berdasarkan Infovesta Fixed Income Fund Index per November 2017, sejak awal tahun lalu reksadana jenis ini sudah memberikan imbal hasil sebesar 9.62%. Hasil ini malah diprediksi akan mampu mengalahkan imbal hasil Reksa Dana Campuran di penghujung 2017 nanti.

Sementara itu Reksa Dana Pasar Uang juga mencatatkan kinerja yang bagus dimana mampu menandingi tingkat bunga deposito di level sekitar 5% per tahun.

Investasi ORI dan Sukri

Obligasi Ritel Indonesia dan Sukuk Ritel juga mewarnai dunia investasi pribadi di tahun 2017. Kedua instrumen ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk dapat berpartisipasi dalam berinvestasi pada surat utang pemerintah. Sayangnya dengan tingkat bunga 5.85% dan 6.9%, kedua produk ini mendapatkan sambutan tidak sebaik seri sebelumnya,

Investasi Properti

Pasar properti Indonesia umumnya masih belum menunjukkan kondisi membaik dan berimbas pada hasil investasi di bidang ini. Pertumbuhan harga properti sepanjang tahun 2017 hanya tercatat di bawah 5%.

Menurut data Bank Indonesia, indeks harga properti residensial hanya naik 3.3% tahun ini. Kenaikan yang relatif rendah ini juga sejalan dengan hasil yang ditunjukkan oleh riset dari Rumah.com. Penurunan daya beli masyarakat dan wacana pengenaan pajak progresif untuk properti dianggap turut berperan menyebabkan stagnasi di pasar properti.

Investasi emas

Investasi di logam mulai menunjukkan pertumbuhan imbal hasil yang lumayan baik sepanjang 2017, dimana harga dalam Rupiah mengalami peningkatan sekitar 10% dibandingkan harga logam mulai akhir 2016 lalu. Per 15 Desember 2017 harga emas ada di level Rp 547.537,-, naik dari RP 497.768,- pada akhir 2016.

Di pasar internasional, harga emas meningkat dari US$ 1.152,30/oz pada akhir 2016 menjadi US$ 1.254,72/oz pada 15 Desember 2017 lalu, atau membukukan kenaikan sebesar 8.9%. Sepanjang tahun ini pergerakan harga emas cukup berfluktuasi, khususnya saat timbul ketegangan antara AS dan Korea Utara pada September 2017 lalu.

Investasi deposito

Deposito masih menjadi salah satu tempat favorit bagi masyarakat untuk mengembangkan uangnya, walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih rendah dari instrumen investasinya dalam pembahasan ini. Namun faktor keamanan industri perbankan tetap menjadi daya tarik utama bagi pemilik dana.

Menurut riset Indef, sepanjang 9 bulan pertama di 2017 telah terjadi peningkatan dana pihak ketiga di perbankan sebesar 9.6%. Selain disebabkan oleh faktor keamanan, masyarakat juga banyak memarkir dananya di perbankan untuk berjaga-jaga jika ada kekurangan dalam program tax amnesti lalu.

Berdasarkan data OJK, sepanjang 2017 ini rata-rata suku bunga deposito Rupiah perbankan berkisar antara 5.8%-6.9% (deposito 1-12 bulan), atau bunga bersih sekitar 4.6%-5.52% setelah dipotong pajak.

Investasi bodong 2017

Tahun 2017 juga diwarnai dengan beberapa peristiwa investasi bodong yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat, seperti Koperasi Pandawa, First Travel, Cakrabuana Sukses dan Dream for Freedom.

Dari keempat investasi itu saja telah menimbulkan kerugian investor sebesar hampir Rp 10 triliun. Sangat fantastis.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa sepanjang periode 2007-2010, total kerugian yang diderita oleh korban dari hasil investasi bodong mencapai Rp 105,8 triliun. Angka ini belum termasuk investasi bodong lain yang tidak masuk dalam radar OJK.

Bagaimana dengan peluang investasi 2018?

Walaupun memasuki tahun politik yang identik dengan kegaduhan, namun para ekonom sepakat bahwa tetap ada peluang dan perekonomian Indonesia akan bertumbuh sebesar 5.3%, sedikit meningkat dari tahun 2017 yang diproyeksikan berada di level 5.1%.

Level 5.3% ini juga sejalan dengan prediksi Bank Dunia dan juga Bank Indonesia (berkisar antara 5.1%-5.5%).

Investasi saham dan reksa dana

Instrumen investasi umum seperti saham dan reksa dana akan tetap menjadi idola bagi investor ritel. Ditunjang dengan berbagai kemudahan bertransaksi secara digital, instrumen-instrumen ini diyakini tetap akan bertumbuh di tahun 2018.

Indeks saham di tahun 2018 diproyeksikan akan bertumbuh secara moderat di level 10%, didorong oleh sektor perbankan dan consumer goods sebagai penggerak utama. Imbasnya, imbal hasil reksa dana saham juga diproyeksikan bertumbuh minimal sebesar 10% sepanjang tahun depan.

Pada pasar surat utang negara, walaupun tidak setinggi tahun 2017, para analis meyakini bahwa instrumen ini akan tetap bertumbuh dengan baik seiring dengan trend yield yang menurun.

Akibatnya reksa dana pendapatan tetap pun diprediksi akan mampu memberikan imbal hasil di level 8%-9% tahun depan.

Walaupun akhir tahun 2017 diwarnai dengan kenaikan suku bunga The Fed, namun suku bunga perbankan diyakini tidak serta merta akan ikut meningkat. Karena itu maka tingkat bunga deposito tahun depan diprediksi masih berada di level yang sama seperti tahun 2017 di kisaran 6%.

Reksa dana pasar uang juga diyakini tidak akan bergerak jauh dari kisaran angka ini.

Investasi emas dan properti

Bagaimana dengan instrumen emas? Investasi emas di tahun 2018 diprediksi belum mampu memberikan hasil yang memuaskan, hanya akan bertumbuh di kisaran 5%-7% per tahun.

Namun sebagai sarana investasi favorit pada saat periode krisis, keadaan perekonomian dan keamanan global menjadi penentu utama dalam pergerakan harga emas.

Salah satu yang menjadi perhatian para analis adalah kondisi hutang negara Amerika Serikat pada tahun depan. Jika semakin memburuk maka emas akan menjadi salah satu instrumen yang bisa memberikan imbal hasil tinggi bagi para investor.

Selanjutnya, pertumbuhan pasar properti diyakini masih akan stagnan pada tahun depan, namun bisa jadi akan mulai menunjukkan trend meningkat.

Hal ini disebabkan oleh periode suku bunga rendah perbankan yang diprediksi akan terus berlanjut serta perubahan kebijakan loan to value (LTV) yang akan mulai diterapkan di tahun 2018 sehingga potensial meningkatkan pembalian properti lewat pinjaman perbankan.

Trend terbaru: investasi digital

Digitalisasi telah merambah ke semua hal, tidak terkecuali dalam investasi pribadi atau investasi ritel. Bukan saja dari digitalisasi sarana berinvestasi yang telah membuat para pelaku pasar investasi berlomba-lomba mengembangkan sistem penjualan digital, namun juga telah lahir instrumen-instrumen investasi baru dari ranah teknologi digital ini.

Peer-to-peer lending (P2P)

Mulai marak di tahun 2017, P2P telah menjadi alternatif baru bagi investor untuk berinvestasi. Berbagai platform karya anak negeri seperti Investree, Modalku dan Amartha telah berlomba-lomba mengenalkan dan menawarkan produk-produk mereka kepada masyarakat Indonesia.

Proses cepat, tawaran bunga menarik serta kemudahan akses lewat perangkat mobile adalah faktor-faktor yang membuat P2P mulai menjadi salah satu alternatif investasi unggulan di Indonesia. Berbeda dengan investasi bodong, P2P memiliki landasan business model yang jelas serta fokus pada UKM di Indonesia.

P2P diyakini akan semakin melebarkan sayap di tahun 2018, didukung dengan mulai munculnya aturan-aturan yang jelas dari OJK sebagai regulator.

Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri bagi investor untuk berinvestasi mengingat faktor risiko yang relatif lebih tinggi daripada produk-produk investasi di dunia perbankan.

Sosialiasi yang semakin gencar serta maraknya perusahaan modal ventura (lokal dan asing) yang masuk sebagai pemegang saham di platform-platform P2P di Indonesia juga semakin meningkatkan pamor P2P di dunia investasi Indonesia.

Cryptocurrency

Suatu fenomena baru di dunia dimana semua mata investor mulai tertuju pada mata uang baru, mata uang digital yang terdesentralisasi, tidak terikat oleh batasan regulasi negara manapun, dan bergerak sesuai dengan hukum permintaan-penawaran pasar.

Salah satu mata uangnya, Bitcoin, telah mengejutkan dunia dengan kenaikan harga berkali lipat dalam waktu singkat. Bagaimana tidak, harga 1 Bitcoin pada 2 Januari 2017 masih berharga US$899,65. Namun tepat tanggal 11 Desember 2017 lalu harga Bitcoin telah terbang ke level US$ 19.478,11. Naik hampir 22 kali lipat dalam waktu kurang dari 1 tahun.

Bank Indonesia baru-baru ini telah mengeluarkan larangan untuk melakukan transaksi pembayaran menggunakan bitcoin di wilayah Indonesia mulai tahun 2018 nanti. Walaupun demikian, hal ini diyakini tidak akan berpengaruh banyak bagi euforia masyarakat untuk menjajal instrumen mata uang digital ini.

Apalagi dengan kenyataan bahwa beberapa negara sudah melegalkan cryptocurrency dalam berbagai macam penggunaan, dan mulai munculnya perdagangan kontrak cryptocurrency di bursa-bursa berjangka dunia.

Di tahun 2018 akan terus timbul perdebatan pro dan kontra tentang cryptocurrency serta prospeknya di masa depan. Waktu yang akan menentukan apakah instrumen ini akan menjadi sarana pembayaran masa depan ataukah hanya menjadi alat spekulasi semata.

Pertimbangan penting: faktor risiko investasi

Dengan banyaknya penawaran dan semakin berkembangnya dunia investasi membuat kita sebagai investor ritel harus mulai jeli mengenali dan mengukur risiko investasi masing-masing instrumen investasi.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk memilih instrumen investasi:

  1. Sesuaikan dengan tujuan investasi.
  2. Kenali dengan baik instrumen investasi yang digunakan, tidak hanya mengikuti trend.
  3. Periksa legalitas dan perijinan pada regulator terkait.
  4. Tidak terbujuk oleh tawaran imbal hasil tinggi tanpa mengetahui bisnis yang melatarbelakangi.
  5. Pelajari risiko investasi yang terkait.

Demikian paparan ringkas tentang kinerja investasi 2017 serta peluang investasi 2018 untuk investor retail/pribadi. Semoga bisa menjadi masukan berarti bagi kita semua.

Happy investing..!!

Image: moneywise.co.uk

2 Comments

  1. Kartes December 31, 2017
    • JrPlanner March 2, 2018

Leave a Reply