Strategi investasi reksadana
Melihat kondisi pasar modal Indonesia saat ini yang terpengaruh dengan kondisi perekonomian global, banyak pertanyaan yang timbul tentang apa sebaiknya yang dilakukan dalam berinvestasi di reksadana (RD), khususnya RD saham dan campuran.
Apalagi di saat seperti ini, banyak informasi dan pendapat para ahli ekonomi dan investasi yang justru membuat kita ragu untuk tetap berinvestasi ataukah menahan diri dulu sampai keadaan menjadi lebih stabil. Atau bahkan menahan diri sampai market bener-bener mencapai dasarnya.
Kebetulan saya pernah sharing dengan seorang teman (kenal melalui blog ini juga) melalui email tentang topik strategi berinvestasi di reksadana di awal bulan Maret 2012 yang lalu, semoga berguna untuk bahan pertimbangan.
Pertanyaan:
Menurut Bung JP, apakah saya sebaiknya langsung membeli produk RD saham dan RDPT saat ini atau saya menunggu dulu? Karena ada kabar dari teman saya sebagai broker saham bahwa IHSG bakal terkoreksi cukup dalam pertengahan bulan ini? (MAret 2012). Saya berencana investasi memakai prinsip DCA (dollar cost averaging) saja biar ga ribet belajar2 siklus perekonomian.
Jawaban:
Utk siklus saham, saya sih dari dulu belum pernah nemuin satu konsensus yang sepakat bilang saham akan naik atau turun dalam satu waktu yang sama. Yang ada adalah selalu ada blok yang bilang naik dan ada yang bilang turun, dengan masing-masing alesannya. Kalo ada blok yang bener, belum pernah saya temuin ada yang konsisten benar untuk beberapa prediksi harga saham ke depan.
Itu bukan hanya analis top indo, tapi juga analis luar (bisa dibaca-baca dari media local seperti Kontan atau media luar seperti Bloomberg, trus bandingin dengan hasil 1 minggu ke depan). So intinya, ngga ada 1 pun orang yang bisa memprediksi kejadian yg akan terjadi di pasar modal secara konsisten.
Trend mungkin iya, tapi naik turun drastis di waktu tertentu sih kayaknya sulit. Jadi dalam hal investasi, karena Anda juga udah berencana untuk menggunakan DCA, harusnya ngga perlu takut untuk masuk kapan pun. Toh akan diaverage melalui investasi rutin kan? Artinya kalo hari ini masuk dgn NAB tinggi dan bulan depan terkoreksi, ya investasi berikutnya akan masuk di NAB rendah dan secara average kerugiannya bisa diminimalisir.
Dijamin selain mgga pusing dengan siklus, juga ngga perlu terlalu peduli ama analisa orang, hehehe…
Tapi kalo Bung msh ragu, coba aja tunggu sampe pertengahan bulan ini (Maret 2012), kalo emang beneran terkoreksi ya rejeki, tapi jangan nyesel kalo justru naik makin tinggi. Sedikit sharing, dulu teknik saya ya seperti itu, liat analisa-analisa orang dan akhirnya nunggu waktu masuk yang tepat. Bahkan nunggunya lama, karena prediksinya untuk 1-2 bulan ke depan.
Ternyata pas bulan depannya, harga saham malah naik tinggi dan akhirnya saya terpaksa masuk karena takut akan ada kenaikan lebih tinggi lagi. Kalo ngga masuk bisa-bisa ngga jadi invest. Nyesel juga karena jika udah masuk dari bulan sebelumnya harusnya udah lumayan untung dalam waktu singkat.
Ada lagi prediksi yang saya pake ternyata bener dan indeks turun. Tapi saya malah ragu lagi, karena takut indeks besok akan lebih jelek dari hari ini. Akhirnya ditunda lagi nunggu sampe indeks bener-bener di dasar biar untungnya nanti lebih maksimal. Karena memang ngga ada orang yang bisa memprediksi dasarnya, akhirnya saya masuk di saat indeks berbalik luar biasa dalam 1 hari, dimana akhirnya NAB yg saya peroleh ngga berbeda jauh dgn NAB beberapa hari sebelumnya. Jadi ngga guna deh nunggu, hehehe.
Strategi saya sekarang dalam perencanaan keuangan keluarga, saya konsisten dgn DCA dan plan yang telah saya bikin. Jika suatu saat ada koreksi lumayan besar, saya akan masuk dengan dana lain untuk memanfaatkan momentum.
Biasanya sih pake dana darurat dulu, yang akan digantikan dengan jatah DCA bulan berikutnya. Tapi itu kalo bener-bener yakin itu koreksi lho ya, kayak di aug-sep 2011 lalu saat IHSG bisa drop 200 poin dalam 1 hari.
======
Sebagai penutup, balik ke saran dari broker saham temen saya, ternyata yang terjadi di pertengahan Maret 2012 adalah IHSG melonjak memasuki level 4,000 dan terus bergerak di atas 4,000 sampai akhirnya turun lagi ke 3,980 di tanggal 16 Mei 2012 kemarin.
So, percaya pada diri sendiri dan selamat berinvestasi…
JP mau tanya, kenapa MI rajin banget ngeluarin produk baru?
Apa ga ngefek sama kinerja reksdana yg lama?
Soalnya bisa aja kan, krn reksadana baru, masih murah, banyak yg inves, eh kinerjanya malah jd lebih bagus drpd yg lama.
Klo menurut JP sebaiknya berap lama, kita hrs revie portfolio dan kinerja reksadna yg kita miliki?
Mau tanya jg, klo ada MI yg menawarkan semacam deposito, misal minimal nabung 100 juta, dengan kontrak 6 bln, dan nasabah mendpt bunga fix 8%. Sebetulnya apa sih produk yg ditawari itu? Orang awam kan cuma ngertinya deposito. Dan apakah memang MI punya izin utk mengeluarkan produk tsb?
Sekarang jg banyak perushaan asuransi yg menawarkan deposito, dengan bunga fix diatas bpr. Xebetulnya apa sih produk yg ditawarkan, apa memang deposito?
Meskipun sy sendiri sdh 7 thn punya depo di perus asuransi ini, dan bunganya lumayan.
Oya Apa JP bisa juga bisa membahas soal revo?beserta penjelasannya, plus, minusnya.
Sorry ya JP Pertanyaan nya banyak, merepotkan kamu jadinya 🙂
Oya congratz utk gelar cpf nya jg
Thank u
Jbu
Wajar saja jika produk baru diterbitkan utk diversifikasi produk, krn bisa jadi produk baru tersebut akan beda fokus dan strateginya. Masalah mahal murah, sebenarnya ini cuma masalah pemahaman. NAB pasti murah diawal krn semua RD (kecuali RDPU) akan dibuka dgn NAB 1000. Namun berapa pun NAB yg tercetak saat ini, pada waktu yg sama, akan memiliki underlying asset dgn nilai yg sama. Artinya, di saat yg sama, semua memiliki peluang menciptakan return dgn tingkatan yg sama. Banyak pakar dibidang investasi yg justru tidak menyarankan pemilihan produk RD yg berusia kurang dari 3 tahun bagi investor yg masih awam thd RD. Kenapa? Karena secara kinerja belum ada bukti yg konsisten, dan gaya investasi dari si MI di produk itu pun masih belum terlihat. Lebih bagus menggunakan produk yg lama terlebih dahulu, dimana telah terbukti kinerja dan style “para koki” RD tersebut.
Mengenai deposito di MI dan asuransi, jujur saya ngga familiar juga. Boleh juga nih mbak di-share ttg spesifikasi dan hal-hal lain ttg produk yg saat ini dipegang 🙂 Namun yg jelas, deposito adalah sebutan utk produk di perbankan yg mendapatkan jaminan jika memiliki bunga sesuai penjaminan LPS. Utk produk sejenis di luar perbankan maka umumnya ngga disebut deposito dan tidak ada penjaminan dalam bentuk apapun. Dengan demikian, sbg nasabah, penting untuk memahami risiko yg ada dalam penempatan uang ini.
Berikutnya, maksudnya revo apa ya mbak? 🙂 Maksudnya repo kah atau yg lain? Maap nih, takut salah produk, hehehe.
Oiya, makasih ya mbak atas ucapannya. Tau aja nih, hehehe…
ok thank u utk masukannya mengenai masalah reksadana JP. Tapi baik nya direview nya berapa lama? Utk melihat apakah kinerja reksadana yg kita pilih masih ok atau ngga?
Td siang saya baru tlp marketing perusahaan asuransinya, utk menanyakan lebih jelas, ya produknya mirip deposito, tp lebih tepatnya disebut tabungan atau investasi asuransi. Yg saya sudah lama ikut, misalkan kita investasi 50 juta, dengan bunga fix rate per 3 bln, maka kalau sampai terjadi resiko meninggal dgn nasabah, maka ada UP senilai 50 jtnutk ahli waris.
Nanti setelah 3 bln berakhir, jika kita perpanjang lg, diliat apakah bunganya masih fix atau ada penurunan.
Ada lg saya baru masuk, beda perusahaan, term nya bisa 1 bln, bunga 6,25%, tp skg turun 6% nett, klo yg ini embel2nya, asuransi kecelakaan.
Bener repo JP 🙂
Apa sih repo itu? Plus minusnya apa?
Thank u ya
Utk RD normalnya direview per tahun. Bisa jg lebih panjang atau pendek, tergantung tingkat kenyamanan kita aja utk meyakinkan bahwa investasi yg kita jalankan msh sejalan dgn target yg diharapkan.
Untuk tabungan di asuransi, mungkin lebih ke tabungan biasa dikasih bonus asuranski kali yah. Jujur saya ngga familiar dgn produk seperti ini. Tapi kalo diliat dari termnya yg pendek, risikonya harusnya relatif lebih rendah, tergantung dari perusahaan asuransi sendiri. Dan karena produk ini jg bukan produk dgn jaminan, dan juga tdk diregulasi khusus seperti perbankan, maka tentu harus dipahami bahwa jika terjadi sesuatu thd perusahaan tsb maka tidak ada penjamin yg bisa melindungi simpanan itu.
Repo atau repurchase agreement, yaitu penjualan suatu surat berharga dengan janji utk dibeli kembali (oleh penerbit) pada suatu waktu di masa depan dan pada harga tertentu (lebih tinggi dari harga awal) sesuai dgn yg telah disepakati. Contohnya seperti skema emas yg mbak kasih, perusahaan memberikan janji utk membeli kembali emas di harga tertentu 6 bulan kemudian. Utk pihak investor, repo ini menguntungkan karena ada kepastian janji utk memperoleh keuntungan dari pembelian kembali oleh perusahaan penerbit. Risikonya, jika terjadi cedera janji (default) dari perusahaan penerbit. Biasanya (menurut teori), repo ini memiliki underlying asset dgn nilai melebihi nilai transaksi, sehingga jika terjadi default td, investor masih memiliki ruang untuk menguangkan aset/surat utang yg dipegang. Hal ini berbeda dgn skema yg mbak peroleh, karena hanya berdasarkan janji bahwa harga aset akan naik di masa depan.
repo ini biasanya siapa yg ngejual?
Kayanya repo ini minimum nominalnya besar ya JP?
Umumnya repo ini, dalam bentuk apa, obligas atau sahamkah?
Thanks
Repo ini umumnya adalah fitur tambahan di instrumen investasi tertentu. Misalnya di obligasi dan surat utang lainnya, dimana si penjual berjanji membeli kembali instrumennya di harga tertentu setelah jangka waktu tertentu. Umumnya repo ini attached ke produk-produk keuangan utk level korporasi dan bukan untuk produk ritel, walaupun secara skema banyak dipakai untuk investasi ritel, misalnya seperti tawaran investasi emas yang mbak ceritakan.