Tetap Optimis Menghadapi Naik Turun Investasi

(RED): Artikel ini juga pernah dimuat di Bareksa.com pada 7 Agustus 2019 dengan judul: Valuasi Murah, Saatnya Menambah Investasi. Artikel yang tepat dalam memotivasi kita untuk tetap optimis menghadapi situasi dunia investasi yang kurang baik.

EDITOR: Tofan Saban

When life gives you lemon, you make lemonade

He picked up the lemons that Fate had sent him and started a lemonade-stand.

Elbert Hubbard (1915)

Frasa diatas kemudian dipopulerkan lagi antara lain oleh Dale Carnegie dengan versi: When life gives you lemon, you make lemonade.

tips investasi saham

Sumber: pexels.com

Seperti yang tersirat, inti yang ingin disampaikan adalah setiap orang harus tetap optimis dalam menghadapi kesulitan dan memanfaatkan situasi tersebut untuk dapat memperoleh keuntungan.

Frasa ini bisa tidak hanya diterapkan dalam kehidupan secara umum, tapi juga tepat untuk dipraktekkan dalam dunia investasi, sebagai bagian dari perencanaan keuangan pribadi atau keluarga.

Tetap Optimis Menghadapi Gonjang-ganjing Investasi

Pasar modal sering naik dan turun tidak menentu dalam jangka pendek. Naik turun harga saham atau obligasi yang tidak sesuai harapan sering bikin kapok para investor. Tidak jarang kita dengar gurauan seperti “habis dibeli malah turun, kalau dijual malah naik”.

Apalagi bagi investor pemula, kondisi ini seringkali membuat mereka tidak berani lagi berinvestasi dengan saham, malah cenderung menganggap saham sebagai bentuk lain dari berjudi.

Apakah ketidaksesuaian antara pergerakan pasar dan harapan awal investor selalu menimbulkan kerugian? Ataukah hal ini dapat diubah sehingga jadi mendatangkan keuntungan untuk investor?

Sekilas kondisi pasar modal Indonesia sejak awal 2019

Setelah sebelumnya IHSG sempat membukukan kinerja positif dengan naik diatas 4% pada Januari sampai dengan pertengahan Juli 2019, kinerja year-to-date IHSG kembali memerah di Agustus 2019.

Indeks Surat Utang Negara (SUN) juga mengalami penurunan, walaupun tidak seburuk indeks saham. Indeks SUN sebelumnya mencapai kinerja diatas 10% hingga pertengahan Juli 2019, kemudian terkoreksi sehingga kinerja year-to-date lebih rendah menjadi 8%.

Tips investasi di Indonesia pada semester II 2019

Dengan kondisi seperti saat ini, pertanyaan paling penting bagi kita adalah apakah yang harus dilakukan investor Indonesia? Mengikuti gaya investor global yang risk-off (mengurangi investasi yang berisiko) atau malah menambah investasi? Yuk kita bahas.

tips investasi saham

Sumber: pexels.com

Mengapa investor global mengurangi investasi di Indonesia

Salah satu alasan investor global mengurangi investasi di Indonesia atau negara berkembang lainnya adalah untuk mengurangi risiko depresiasi Rupiah atau mata uang lainnya yang dapat mengurangi imbal hasil bersih yang akan diterima dalam USD atau Euro.

Padahal sebenarnya kemampuan kredit negara Indonesia tetap baik dan pertumbuhan laba emiten-emiten besar di Bursa Efek Indonesia tetap solid. Risiko valuasi pun rendah dimana imbal hasil Surat Berharga Negara dan valuasi IHSG saat ini malah lebih rendah dibandingkan nilai wajarnya.

Tips investasi bagi investor domestik

Namun bagi investor domestik, tidak ada risiko mata uang yang dihadapi. Sehingga koreksi pasar akibat ketakutan atas depresiasi Rupiah ini menjadi tidak relevan dan justru dapat dimanfaatkan oleh investor Indonesia untuk menambah investasinya pada valuasi yang lebih murah.

Berinvestasi di valuasi lebih murah berarti meningkatkan potensi imbal hasil yang akan dinikmati investor. Sebagai contoh, peningkatan harga pasar di dua minggu pertama di Juli 2019 menyebabkan normalisasi potensi imbal hasil ke depan menjadi sekitar 10-12% per tahun untuk saham dan  8% per tahun untuk Surat Berharga Negara.

Koreksi sejak dua minggu terakhir di Juli 2019 menyebabkan potensi imbal hasil mulai naik, untuk saham ke 11-13% dan Surat Berharga Negara ke lebih dari 10%. Memang hanya tipis perbedaannya, namun tetap menimbulkan sebuah potensi positif.

Contoh lain pada masa lalu adalah koreksi Indeks Saham Gabungan sebesar -25%, masing-masing di tahun 2013 dan 2015 (dari level tertinggi ke terendahnya di tahun itu). Bila investor dapat menambah investasi sahamnya di sekitar level terendah, investor bisa mendapatkan imbal hasil sekitar 30% pada 12 bulan berikutnya.

Koreksi pada tahun 2018 juga mirip dimana indeks saham dan Surat Berharga Negara turun, masing-masing, 11% dan 5% dari level tertinggi ke terendah tahun itu. Kemudian, kedua indeks naik masing-masing sekitar 13% dalam dua belas bulan berikutnya.

Jadi, tetap optimis dalam menghadapi kondisi investasi di pasar Indonesia saat ini. Coba cari sebanyak mungkin informasi dan masukan-masukan yang berguna. Mari manfaatkan koreksi pasar ini untuk mendapatkan “lemonade” masing-masing.

Picture: pexels.com

Leave a Reply