Menyambung tulisan sebelumnya tentang asuransi, sebenarnya banyak juga lho orang Indonesia yang udah sangat-sangat sadar akan pentingnya asuransi. Ini terbukti dari laporan-laporan di koran awal tahun ini yang memuat tentang kenaikan premi tahunan di hampir setiap perusahaan asuransi jiwa di Indonesia.
Artinya jelas, banyak orang yang udah mulai membeli atau pun menambah premi asuransi mereka karena makin sadar akan pentingnya pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi melalui uang pertanggungan yang tepat untuk mengantisipasi risiko kematian, cacat tetap, kecelakaan, penyakit kritis, dan lain-lain.
Bagaimana cara menghitung uang pertanggungan?
Uang pertanggungan: hal penting yang sering dilupakan
Hal yang menarik disini adalah: bagaimana caranya nentuin uang pertanggungan (UP) yang tepat untuk semua risiko? Kenapa menarik buat gw?
Karena kalo dipikir-pikir, sampai saat ini gw belum pernah nemuin 1 orang pun temen or kenalan gw yang bisa ngasih alesan dengan jelas kenapa dia ngambil UP sejumlah tertentu.
Kebanyakan dari mereka, dimana hampir semuanya ngambil produk unitlink, bahkan ngga tau berapa sebenarnya UP yang tertera di polis asuransi mereka. Jujur aja, dulu gw salah 1 dari mereka, hihihi.
Iyalah, gw udah punya unitlink sejak Mei 2006 dan baru nyadar tentang coverage tu asuransi dan UP masing-masing kira-kira baru 6 bulan yang lalu. Kenapa gitu? Karena kebanyakan dari kita udah cukup merasa aman kalo udah punya asuransi. Peduli amat UP nya mo berapa juga, yang penting kalo meninggal or sakit ada asuransi yang bakal ngecover.
Sekarang gw brani bilang kalo pandangan ini SALAH BESAR. Iya lah, lha wong dicover nya brapa aja ngga tau?! Padahal ini penting banget untuk ngerancang financial planning kita di maas depan.
Risiko dan uang pertanggungan
Sebelum memutuskan untuk mulai berasuransi jiwa, kita UDAH HARUS TAU risiko apa aja yang mau kita cover dan berapa UP untuk masing-masing risiko.
Umumnya risiko yang paling penting untuk dicover adalah risiko kematian (tentu saja), kecelakaan dan cacat tetap, penyakit kritis, dan jangan lupa premium waiver untuk meneruskan pembayaran premi jiwa saat kita menderita cacat tetap.
Pertanyaannya sekarang, berapa UP yang paling tepat untuk kita? Ini penting nih, biar asuransinya ngga kelebihan (over insurance) apalagi kekurangan (under insurance). Kenapa over insurance ngga bagus yah? Sebenernya ini berkaitan dengan premi yang harus dibayar. Semakin tinggi UP kita, semakin mahal premi yang harus dibayar.
Jika kebutuhan UP kita sebenernya lebih kecil dari yang kita ambil, artinya ada kelebihan premi yang harusnya bisa kita pakai untuk hal-hal lain yang juga penting, seperti investasi rutin untuk pensiun atau pendidikan anak.
Menghitung kebutuhan uang pertanggungan yang optimal
So balik lagi ke pertanyaan awal, berapa UP yang tepat?
Menurut Safir Senduk dalam buku Mengantisipasi Risiko, rumus yang diberikan adalah sbb:
((Biaya Hidup Bulanan x12) : (Suku Bunga Investasi – Inflasi)) + Biaya Hidup Tahunan x 2)
Dengan formula di atas, dengan cepat akan langsung didapet berapa sebenernya nilai UP yang paling tepat untuk kita, dengan asumsi bahwa UP yang diperoleh harus diinvestasikan sehingga hasilnya bisa dipake untuk meng-cover biaya hidup bulanan, tentu dengan ngga ngelupain unsur inflasi dlm komponen biaya hidup.
Okeh, yuk mulai ngitung. Kalo yg udah punya asuransi, jangan sungkan2 dibandingin ama UP asuransi yang skarang. Yakin banget deh gw, pasti UP hasil ngitung jauh lebih besar dari UP di asuransi yang skarang, iya kan?! (Notes:ngga berlaku kalo kalian ternyata punya asuransi jenis term life).
Tambahan dalam penghitungan uang pertanggungan
Kalo untuk gw pribadi, formula di atas masih kurang tepat juga. Kenapa?
Karna, satu, UP yang dihasilkan belum memperhitungkan lama harapan hidup pihak yang ditanggung, sehingga bisa nimbulin kesalahan dalam netapin suku bungan investasi yang tepat.
Kedua, karna belum memperhitungkan sumber-sumber pendapatan yang udah kita milikin or santunan yang bisa kita dapetin kalo meninggal. Nanti kita bahas dibawah sambil ngebahas komponen-komponen rumus di atas satu per satu.
1. Biaya Hidup Bulanan
Banyak financial planner yang lebih milih pendapatan bulanan sebagai komponennya, tapi buat gw kayanya emang biaya hidup yang paling tepat. Iyalah, kan kalo tiba-tiba kita kehilangan penghasilan, artinya banyak pos-pos pengeluaran pribadi yang jadinya berkurang, misalnya biaya entertainment pas weekend, biaya arisan, biaya utilities kayak HP dan internet, dan mungkin juga porsi tabungan bulanan.
Atau misalnya juga kalo gw meninggal, artinya biaya yang nanti harus dicover kan udah pasti harus ngeluarin biaya-biaya pribadi gw. Gitu… Karena itu, sangat disarankan untuk menyusun dulu personal/family cash flow dengan detail (baca:
cara menyusun anggaran keluarga).
2. Suku bunga inflasi
Secara konservatif, komponen ini biasa diasumsikan konstan di angka 10%. Kenapa inflasi dimasukin dalam perhitungan ini? Simply agar real value kebutuhan biaya bulanan kita setiap bulan akan tetap naik sesuai inflasi.
3. Suku bunga investasi
Ini adalah suku bunga dimana jika terjadi sesuatu dengan anggota keluarga maka UP dari perusahaan asuransi dapat diinvestasiin pada tingkat bunga ini sehingga nantinya bisa men-generate income yang tetap setiap bulannya sesuai dengan kebutuhan biaya hidup.
Di buku-buku yang gw baca, biasanya penulis dengan gampangnya langsung mengasumsikan komponen ini dengan angka 20% or 25%. Enak banget?! Pada kenyataannya, mo cari dimana bunga segitu? Paling kalo mau ya di saham. Padahal kalo untuk tujuan disini, sebaiknya investasi yang diambil adalah investasi yang low risk.
Untuk perhitungan gw sendiri, gw akhirnya pake asumsi suku bunga 15%. Kenapa 15%? Karena ini cuma 5% di atas asumsi inflasi dan pada saat inflasi bener-bener ada di level 10%, harusnya instrument pasar uang (termasuk RD pasar uang) atau pun surat utang Negara bisa ngasih return sampai level ini. Cukup masuk akal.
Selain itu, pertimbangan kedua, return yg gw dapet bisa nalangin biaya hidup sampe 40 thn ke depan , dimana ini dah cukup karena artinya istri gw akan terjamin hidupnya sampe umur nyaris 70 thn. Jadi, harapan hidup juga penting nih disini. Nanti akan kita bahas di bawah.
Pertimbangan tambahan penghitungan uang pertanggungan
Oke, so based on above discussion, kita udah bisa mengira-ngira jumlah UP yang tepat untuk kita. Tapi masih ada sedikit hal yang harus kita pertimbangin juga, antara lain:
#1. Asumsi suku bunga investasi
Karena asumsi suku bunga investasi berperan penting dalam perhitungan, maka jangan sampe salah berasumsi. Seperti yang udah dibahas di poin 3 di atas, lama harapan hidup juga berperan penting di sini. Dalam kasus gw pribadi, dengan asumsi bunga 15% maka biaya hidup keluarga gw akan terjamin sampe 40 tahun ke depan.
Tapi jangan salah, ini hanya menyangkut suku bunga instrument investasi yang akan kita ambil jika terjadi hal-hal yang ngga diinginkan dan karena itu UP asuransi diberikan kepada ahli waris kita.
Maksudnya gini, misalkan temen-temen netapin harapan hidup keluarga di level 50 thn atau lebih, maka asumsi suku bunga investasi tetap menggunakan 15% (dalam perhitungan UP), namun jika nanti terjadi sesuatu dan UP keluar, investasikan UP tersebut di instrument dengan bunga lebih besar dari 15%.
Sebaliknya, jika harapan hidup lebih kecil, misalkan 15 thn saja, asumsi tetap dengan 15% namun UP tersebut nantinya bisa diinvestasikan dengan bunga hanya 7% saja. Ini masih dibawah inflasi dan lebih banyak pilihan yang tersedia di pasar.
Kenapa begitu? Karena jika kita menggunakan suku bunga yang terlalu tinggi, maka UP yang kita terima akan under insurance, dan akan over insurance jika kita terlalu rendah menetapkan suku bunga. Memang sih lebih aman dan gampang pake suku bunga yang rendah, biar UP nya langsung gede, tapi masalahnya kan premi kita jadi makin gede juga.
#2. Adjustment tambahan
Jangan lupa setelah nilai UP berhasil dihitung, jangan lupa kita lakukan sedikit adjustment. Pertama, tambahkan semua nilai utang yang ada. Kedua, kurangkan dengan tunjangan kematian dan nilai tunai yang kita punya saat ini. Tentu bukan sembarang nilai tunai, tapi yang berkaitan dengan pemilik polis sendiri.
Untuk gw, nilai UP nya masih gw kurangin dengan market value tabungan pensiun pribadi gw (reksadana) dan tunjangan kematian dari kantor. Ini lumayan juga nih, karena ngasihnya diatas 30x gaji bulanan. Boleh juga ditambahin saldo jamsostek dan dana-dana lain yang sejenis.
Rumus akhir penghitungan uang pertanggungan
UP Value = (UP Calculation) + (DEBT) – (PERSONAL SAVING/INVESTMENT, OTHER ALLOWANCE, etc)
So, selesai deh perhitungan nilai UP kita. Tinggal menyeleksi perusahan asuransi yang paling bagus dari segi layanan dan kualitas plus berani ngasih premi paling bersaing.
Selamat berasuransi.
Image: mmsecurities.co.in
Assalamu Alaikum. Salam kenal, saya Aris Sunaryo dari Asuransi Takaful.
Informasi tentang menghitung UP ini sangat berguna sekali karena banyak calon nasabah saya yang masih bingung/belum tahu berapa nilai UP yang harus mereka ambil.
Banyak juga yang telah ikut asuransi tapi nggak sadar bahwa UP yang mereka dapatkan kekecilan atau malah kebesaran.
Selalu perlu diingatkan untuk mereview UP mereka per-3 atau 5 tahun sejak diambil apakah perlu tambah lagi atau nggak.
Salam kenal juga Pak Aris. Terima kasih banyak atas masukannya.
Memang benar bahwa UP harus direview dalam jangka waktu tertentu, tidak hanya utk penambahan tp juga untuk kemungkinan terjadi penurunan UP.
Menarik sekali! semoga semakin banyak orang yang tercerahkan. Karena sebagai orang yang sudah 6 tahun di dunia asuransi, saya sering bertemu orang yang gak ngerti cara menghitung asuransi ini, sehingga asal punya ajah, dan ternyata sama sekali jauh dari kebutuhan sebenarnya.
Sekali lagi terimakasih.
Vivien
Sunlife Financial Indonesia
@viviensantoso
Thanks, tambahin contoh perhitungan up juga donk, biar tambah kereeen:).
Tipsnya menarik, based on reality:)
Mas JP,
Saya masih rada bingung nih, kalo tanya-tanya lebih lanjut boleh japri kemana ya?
Makasih
Boleh lewat email, ke juniorplannerindo@gmail.com. Maaf kalo masih rada membingungkan yah, maklum tulisan edisi lama, harusnya udah diupdate dgn metode2 yg lebih simple, hehehe…
Kayaknya emang sayanya yang gak mudeng mas :)) eniwei udah dikirim emailnya.
makasih 🙂
mas JP, saya agak bingung sama perhitungannya saya japri ya
makasih
Oke mas, sorry saya baru sempat ngecek email. Btw ini cuma salah satu cara ngitung lho mas, bukan berarti yg paling benar utk diterapin 😉
Info yg saya dapat dari Salah seorang SAM Asuransi X,dia buat cara menentukan UP.
Penghasilan bersih/ bulan x 100
Misal PB=10.000.000/bl
Berarti UP ideal:
10.000.000 x 100=1.000.000.000
Yg artinya ketika si pencari nafkah tutup usia,maka ahli waris tetap bisa memperoleh income kurang/lebih 10 jt per bln dari hasil Investasi UP yg diterima.
Maaf kalau info yg saya dapat kurang tepat🙏
Bisa juga. Ini asumsinya nanti UP nya diinvest di instrumen investasi yg return nya 1% per bulan, dengan asumsi ngga ada tabungan dan ngga ada jangka waktu ahli waris akan mandiri.