Jurus Keuangan Pribadi Untuk Bertahan Saat Pandemi Covid-19

Pandemi korona yang resmi menggentayangi Indonesia sejak awal Maret 2020 semakin menimbulkan banyak perubahan untuk masyarakat Indonesia. Ya ngga cuma Indonesia sih, tapi seluruh dunia.

Perubahan karena pendemi korona ini tidak hanya mempengaruhi berbagai hal seperti gaya hidup dan lain-lain, tapi juga membuat perubahan di ketebalan dompet. Bener ngga?

Dari berita-berita tentang pemotongan gaji yang terjadi di Indonesia, atau bahkan pemberhentian karyawan dari pekerjaannya, semakin menyadarkan kita bahwa “new normal” yang perlu diadopsi ngga hanya terbatas pada cara kita hidup dan bekerja, namun juga how to survive di tengah semakin ketatnya cash flow keluarga.

Saya dan mungkin juga banyak dari kalian semua pasti merasakan dampak ini. Mau ngga mau banyak hal yang harus kita lakukan. Mulai dari menggali kreatifitas untuk mencari tambahan penghasilan, berhemat, sampai memanfaatkan dana darurat.

Jurus keuangan untuk bertahan di tengah pandemi korona

Beberapa teman mengeluhkan terjadinya pengurangan gaji di tempat kerja mereka, antara 10%-60%.

“Gaji sekarang aja pas-pasan bro, gimana ini kalo turun lagi?”.

H, 32 tahun, karyawan

Itu kata seorang teman yang kerja di salah satu perusahaan startup bidang fashion tentang gajinya yang berkurang 40% mulai April 2020 ini. Well, ini masih dibilang “beruntung” dibandingkan saudara-saudara kita lainnya yang dirumahkan ataupun terkena pemutusan hubungan kerja.

Kita semua berdoa dan berharap agar pandemi ini cepat berakhir dan pemerintah Indonesia bisa menerapkan kebijakan-kebijakan yang bisa tetap mendukung kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Tulisan ini ditujukan untuk teman-teman karyawan yang mungkin saat ini sedang stres karena per bulan ini mendapatkan informasi bahwa terjadi pemotongan gaji secara merata di kantor atau malah terancam kehilangan penghasilan sama sekali.

Sebentar, sebelum stres, mendingan kita bedah dulu keuangannya dan kemudian baru dicari cara untuk penyesuaian lanjutan. Ini juga alasan penting kenapa banyak perencana keuangan selalu berkoar-koar tentang perlunya membuat budget pribadi.

Penghasilan yg berkurang 10%, 20% atau lebih efeknya akan sama disaat pengeluaran kita ngga bisa disesuaikan dengan “new normal” ini. So, gimana caranya?

Jangan stres dulu! Lakukan langkah-langkah ini

Hal pertama yang perlu dilakukan: jangan stres dulu! Coba kita analisa besaran penurunan yang terjadi, bandingkan dengan penurunan biaya hidup yang terjadi. Bahasa kerennya: perencanaan keuangan saat pandemi korona.

#1 Ukur penurunan biaya karena WFH

Buat yang karyawan, apalagi yang berkantor di kota-kota besar, efek WFH ini tentu berdampak besar pada penurunan biaya transportasi. Betul ngga? Contohnya buat yang tinggal di Jakarta, berkantor di area elit segitiga emas, setiap hari menghabiskan biaya cukup besar untuk pulang pergi kantor.

Masih lumayan buat yang naik kendaraan umum. Tapi gimana kalo bawa mobil pribadi? Berapa tuh biasanya keluar biaya buat bensin dan tol? Gimana kalo selalu pulang pergi naik taksi? Coba dihitung ya.

Berikutnya biaya untuk makan dan ngemil. Penyakit orang kantoran nih. Apalagi saat ngopi-ngopi cantik tiba-tiba jadi tren. Sehari tanpa kopi jadi terasa gimanaaa gitu. Nah hitung deh, berapa biaya makan sehari-hari selama di kantor, biaya ngemil, biaya ngopi, dan biaya after office lain yang rutin keluar.

Cek lagi biaya nongkrong, biaya nonton bioskop, atau biaya remeh temeh lainnya yang harusnya ngga keluar kalau sore-sore kita sudah duduk manis di rumah.

Intinya, gaya hidup kita harus berubah. Kurangi semua biaya yang bersifat “bersenang-senang”. Kurangi lho ya, bukan hilangin. Bisa jadi stress juga nanti. Coba deh hitung, totalin semuanya.

#2 Hentikan pengeluaran untuk hal-hal yang sudah tidak mungkin dilakukan saat pandemi korona

Ini umumnya untuk membership. Atau hal-hal lain yang jadi tidak bisa dilakukan tapi harus ada pembayaran terus secara rutin. Misalnya, biaya untuk aktivitas olahraga beramai-ramai, dll. Atau juga aktivitas rutin lain seperti pijat, spa, potong rambut di salon/barbershop, sampai dengan jalan-jalan keluarga saat weekend.

Saat ini sebenarnya para provider juga sudah beradaptasi duluan dengan “new normal” ini. Contohnya kelas-kelas online banyak yang berganti menjadi kelas offline dengan biaya yang jauh lebih murah. Manfaatkan!

Ini ngga cuma biaya untuk kita dan pasangan, tapi juga untuk anak. Biaya les-les yang selama ini tinggi bisa jadi berkurang jauh karena dilakukan secara online. Seperti anak saya, iuran klub basketnya berkurang 50% karena latihannya sekarang hanya lewat zoom.

Asik kan, tetap sehat tapi jadi lebih efisien dari biaya. Hanya harus terbiasa saja berlatih sambil ngeliatin layar HP atau laptop. Plus, kudu pintar-pintar memotivasi diri sendiri untuk bisa gerak.

#3 Manfaatkan relaksasi perbankan untuk keringanan cicilan

Nah ini, biasanya masalah terbesar yang akan timbul dari penurunan penghasilan adalah turunnya kemampuan untuk membayar hutang. Tapi “untungnya” di Indonesia pemerintah merespon dengan mengeluarkan aturan tentang relaksasi kredit.

Nah bagi yang punya cicilan saat ini, segera telepon ke bank nya masing-masing. Mau bentuknya KPR, KKB atau KTA, coba ajukan permohonan untuk relaksasi pinjaman ini dan ikuti semua langkah yang diminta.

Tapi dengan catatan, permintaan relaksasi ini ini memang dilakukan karena terdampak pandemi korona. Bukan sekedar memanfaatkan kesempatan.

Umumnya perbankan akan memberikan keringanan dalam 2 bentuk: pemberian grace period (dalam bentuk hanya membayar bunga saja untuk periode tertentu) dan perpanjangan tenor kredit (yang berdampak pada turunnya cicilan bulanan).

Mungkin ada juga bank yang akan menerapkan kebijakan selain ini atau mungkin kombinasi dari kedua pilihan di atas. Intinya perbankan pun akan berusaha semaksimal mungkin agar kita sebagai debitur masih mampu melaksanakan kewajiban pembayaran hutang ini.

Besaran pengurangannya berbeda-beda, tergantung dari bank masing-masing dan tenor pinjaman yang telah berjalan. Bagi pinjaman yang baru berjalan, pilihan bayar bunga saja atau perpanjangan tenor mungkin tidak akan signifikan mengurangi jumlah cicilan.

Namun bagi orang yang tenor pinjamannya sudah berjalan cukup lama, opsi relaksasi ini akan memberikan ruangan yang cukup lega pada anggaran bulanan.

Kebijakan ini juga tentu berbeda untuk karyawan yang memang kehilangan penghasilannya untuk sementara waktu. Bank pasti punya opsi juga untuk kondisi seperti ini.

Seorang teman yang baru saja melakukan akad ulang terkait relaksasi ini beberapa hari lalu bisa menghemat cicilan sampai dengan 70%, dengan opsi hanya membayar bunga selama 6 bulan ke depan.

Lumayan untuk dicoba kan? Dan mendingan buruan, soalnya banyak yang ngajuin.

#4 Susun ulang figur keuangan pribadi: pemasukan vs pengeluaran

Nah setelah melalui tahapan 1-3, selanjutnya coba mulai menghitung-hitung perbandingan antara penghasilan dan pengeluaran yang baru. Belum tau caranya? Coba cek tulisan cara menyusun anggaran pribadi di blog ini, atau juga dari referensi lainnya dari para master-master perencana keuangan di Indonesia. Gampang kok.

Penutup

Gimana hasilnya? Persentase pengurangan biaya hidup sama besar dengan pengurangan penghasilan? Atau tetap masih minus? Atau malah jadi berlebih?

Buat yang laporan keuangan pribadinya masih tetap minus, mau ngga mau harus “kerja ekstra”. Maksudnya bukan hanya mencoba kreatif menambah penghasilan, tapi juga menggali lagi penghematan apa yang bisa dilakukan. Kekurangan ini juga untuk sementara bisa ditutup dengan menggunakan dana darurat.

Buat yang penurunan penghasilannya ternyata seimbang dengan penurunan pengeluaran, selamat untuk kalian. Usaha pengehematan di berbagai lini berhasil dilakukan. Ternyata penurunan penghasilan yang terjadi secara umum ngga berdampak pada kesehatan keuangan kalian. Tapi tetap waspada, cek selalu penghematan lain yang mungkin dilakukan. Atau malah bisa menambah penghasilan dari keadaan “new normal” saat ini?

Selamat juga untuk kalian yang ternyata malah masih tetap memiliki kelebihan penghasilan walaupun terkena penyesuaian gaji/pendapatan akibat korona. Gunakan kelebihan ini untuk berjaga-jaga, atau jika memungkinkan, diinvestasikan dengan aman. Dan jangan lupa, berbagilah dengan saudara-saudara kita yang kurang beruntung.

Semoga kita semua bisa melewati masa pendemi korona ini dengan lebih tegar dan makin peduli dengan sesama kita. Tetap yakin dan optimis bahwa semua ini akan segera berakhir.

Jangan lupa, terus perkuat wawasan untuk menciptakan “survival kit” saat pendemi dan, kalau bisa, menciptakan peluang baru yang bermanfaat untuk kita dan sesama.

Hunger, love, pain, fear are some of those inner forces which rule the individual’s instinct for self preservation.

Albert Einstein

Leave a Reply