Pernah dengar kan program dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang Yuk Nabung Saham? Ini konsep yang sangat menarik lho, dan ditujukan untuk nasabah-nasabah retail yang bahkan masih awam terhadap pasar modal agar paham cara menabung saham yang benar.
Saya jadi tertarik membahas topik ini setelah ikut serta dalam acara Financial Planning for Runner yang disampaikan oleh Pak Nicky Hogan, Direktur Pengembangan BEI. Selain materi yang berhubungan dengan lari, juga ada paparan singkat mengenai investasi saham dan skema Yuk Nabung Saham yang sangat membuka wawasan mengenai investasi.
Tapi sebelum kita bicara lebih jauh tentang gerakan investasi saham bernama Yuk Nabung Saham ini, simak dulu tulisan tentang beberapa hal dalam investasi saham yang penting untuk diperhatikan terlebih dahulu. Biar jelas kenapa sih kita perlu investasi melalui cara seperti menabung saham.
Sekilas Update Bursa Efek Indonesia (BEI)
Per Januari 2017, total ada 535 perusahaan yang telah tercatat di BEI. Dengan kata lain, ada sebanyak 535 perusahaan yang bisa menjadi pilihan kita untuk menginvestasikan uang dalam bentuk kepemilikan saham.
Hampir semua perusahaan besar di Indonesia telah tercatat sebagai perusahaan terbuka di BEI. Hampir semua perusahaan ini adalah perusahaan yang memproduksi atau menawarkan jasa yang sehari-hari kita gunakan.
Saat ini nilai kapitalisasi (nilai keseluruhan) saham yang diperdagangkan di BEI berjumlah Rp 5,749 triliun (Red: Lima ribu tujuh ratus empat puluh sembilan triliun Rupiah. Wow…), dengan nilai transaksi rata-rata per hari di level Rp 5.68 triliun.
Ada 114 anggota bursa (perusahaan sekuritas) yang terdaftar di BEI, dimana transaksi saham dari masyarakat bisa dilakukan melalui perantaraan mereka.
[BACA JUGA: Kebanyakan keluarga muda pasti penasaran dengan hal ini: Ngajarin anak investasi saham? Kenapa tidak?]
Kinerja IHSG 10 Tahun Terakhir
Data yang digunakan adalah dari Desember 2006 sampai dengan Februari 2017, dimana fluktuasinya bisa tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan / IHSG di bawah ini.
Bisa dilihat kan jika investasi saham adalah investasi yang menarik karena menawarkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan tinggi, sekaligus memiliki resiko yang sepadan karena bisa turun cukup dalam pada waktu-waktu tertentu.
Namun harus diperhatikan, bahwasannya walaupun terjadi beberapa kali penurunan dalam jangka pendek, trend yang terjadi selama 10 tahun terakhir ini tetap menunjukkan pola peningkatan. Artinya apa? Saham adalah investasi jangka panjang dan tidak cocok dijadikan alat untuk mencapai tujuan jangkan pendek.
So, lupakan pembahasan mengenai trading saham dulu ya. Itu butuh keahlian dan pengetahuan berbeda. Kali ini kita hanya akan membahas saham secara murni sebagai sebuah instrumen investasi.
Untung Rugi Investasi Saham
Jangan salah, walaupun saham adalah investasi jangka panjang, namun bukan berarti semua saham menjanjikan trend yang sama dari segi keuntungan. Analisa dan pemilihan saham tetap penting dalam menentukan pada saham mana uang kita akan diinvestasikan.
Investasi saham ini kan ceritanya kita akan menjadi pemilik dari suatu usaha. Namanya juga usaha, ada yang untung dan ada yang rugi. Ada yang untung gede, ada yang untung seadanya atau malah cuma impas saja. Masalah untung/rugi ini juga kadang disebabkan oleh hal-hal diluar kuasa kita seperti keadaan ekonomi atau bahkan info negatif tentang usah kita.
Nah investasi saham ini kira-kira sejalan dengan cerita usaha ini. Naik turunnya harga saham mengikuti kinerja perusahaan dan keadaan ekonomi, serta juga sentimen atau rumor yang ada di pasar modal.
Kinerja Saham 10 Tahun Terakhir
Di atas adalah infografis mengenai kinerja semua saham yang per Desember 2016 tercatat di BEI. Sekedar keterangan, secara gampang CAGR (compound annual growth rate) adalah cara menghitung imbal hasil dengan memperhitungkan bunga berbunga. CAGR ini dianggap paling tepat untuk menghitung imbal hasil suatu investasi dalam periode tertentu.
Mari kita perhatikan infografisnya, penting banget nih informasinya. Dalam 10 tahun terakhir, dari 537 saham yang ada, ternyata tidak semuanya mengalami kenaikan. Ada 175 saham, atau sekitar 1/3 dari total saham yang ada, mengalami penurunan. Artinya rugi dong?! Ya gitu deh. Sisa 364 saham, atau 2/3 dari total saham yang tercatat, mengalami peningkatan alias berhasil mencetak keuntungan.
Secara rata-rata 10 tahun terakhir, pasar saham (yang tercermin dari IHSG), menghasilkan pertumbuhan sebesar 11.4% per tahun. Lumayan banget, jauh diatas inflasi dan bunga deposito pada periode yang sama.
Tapi itu rata-rata pertumbuhan ya, karena pada kenyataanya ada saham yang tumbuh dengan kencang dan dan ada yang malah nyungsep. Detailnya bisa terbaca di infografis di atas.
- Dari 364 saham yang mengalami kenaikan, 228 saham diantaranya mencatatkan pertumbuhan rata-rata diatas 6% per tahun. Sisa 136 saham lagi mencatatkan pertumbuhan per tahun lebih rendah. Artinya? Ada 42.3% dari saham di BEI yang bisa memberikan return per tahun lebih baik dari deposito.
- Jika standar pertumbuhan atau return dinaikkan ke 10%, masih ada 160 saham (29.7%) yang berhasil masuk di level ini. Dan seterusnya bisa dilihat di infografis.
- Yang paling dahsyat, ada 33 saham, atau 6.1% dari total saham yang ada, ternyata mampu menghasilkan pertumbuhan lebih dari 40% per tahun. Wow…
Apa yang bisa kita pelajari dari gambar di atas? Investasi saham memiliki resiko yang cukup besar, sehingga sikap hati-hati dan teliti mutlak dibutuhkan dalam pemilihan saham. Yang penting nasib saham pilihan tidak masuk dalam golongan 1/3 yang mengalami penurunan, sukur-sukur termasuk dalam golongan saham dengan pertumbuhan >40% per tahun, hehehe…
Pilih Saham Anggota LQ45
Pe-er juga emang kalau harus nyari sendiri dan memilih satu-satu saham dari total 537 saham yang tercatat. Biar ngga susah, coba cek daftar saham yang termasuk dalam LQ45 deh. Ini adalah daftar saham yang terdiri dari 45 saham terlikuid dan berkapitalisasi besar di BEI. Daftar ini diupdate setiap 6 bulan sekali (Februari dan Agustus).
Sebagian besar saham dalam LQ45 adalah saham perusahaan dengan produk-prduk yang umumnya sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat. Jadi minimal kita bisa terhindar dari istilah membeli kucing dalam karung.
Perbandingan Investasi Saham
Nah sekarang kita bermain simulasi sedikit nih, dengan menggunakan real data dari beberapa aset investasi (termasuk saham) selama 10 tahun terakhir.
Oke, data pertama yang paling penting, inflasi rata-rata selama 10 tahun terakhir ada di 5.66%. Inflasi inilah target yang harus kita kalahkan pada saat melakukan investasi.
Data kedua yang harus dipahami juga adalah: rata-rata bunga tabungan dan deposito (bunga deposito setelah pajak: 5.52%) dalam 10 tahun terakhir belum mampu mengalahkan inflasi. Artinya untuk tujuan jangka panjang, kedua instrumen ini bukanlah pilihan yang tepat.
[BACA JUGA: Mau mengajarkan INVESTASI SAHAM KE ANAK tapi suka bingung gimana mulainya. Coba deh mulai dari ngenalin KONSEP INVESTASI pada anak. Ini caranya!]
Emas masih lumayan, tipis mengalahkan inflasi. Namun perlu diperhatikan, itu terjadi karena adanya peningkatan harga secara signifikan pada periode 2009-2012 lalu. Hanya obligasi negara dan saham yang secara rata-rata bisa memberikan imbal hasil yang cukup signifikan mengalahkan inflasi.
Dari contoh di atas, jika 10 tahun yang lalu kita membeli saham dengan uang Rp 100.000, berapa hasil pengembangannya pada saat ini? Dengan investasi saham maka uang itu akan berkembang menjadi Rp 293.190, atau hampir tiga kali lipat dari nilai awal. Pencapaian tertinggi dibanding instrumen investasi lainnya.
Ini baru perbandingan dengan menggunakan IHSG sebagai dasar perhitungan ya. Gimana coba kalau menggunakan saham-saham yang masuk level 40% tadi?! Uang Rp 100.000 kita akan berkembang menjadi Rp 2.9juta, bertumbuh 29x lipat. Wuiiih…
Simulasi: Yuk Nabung Saham
Nah sekarang gimana skema dan hitung-hitungannya kalau mau investasi saham ala yuk nabung saham? Ya simpel aja, cukup alokasikan sejumlah uang secara tetap secara rutin, misalnya per bulan.
Bagi yang sudah terbiasa menabung rutin atau melakukan investasi rutin reksadana, ini mah hal gampang. Beda instrumen saja. Cara menabung saham dan reksa dana sama saja.
Biasanya menabung rutin di tabungan, atau rutin beli reksadana atau logam mulia, sekarang rutinnya beli saham. Lebih keren judulnya, hehehe…
Coba kita main sedikit simulasi ya. Berbeda dengan simulasi yang sebelumnya, kali ini kita menghitung hasil investasi dimana sekarang strateginya adalah dengan “menabung” dengan nominal tertentu secara rutin setiap bulannya. Tentunya dengan menggunakan data historis asli pergerakan harga saham yang digunakan.
Asumsinya, kita menabung secara rutin setiap bulannya sebesar Rp 500 ribu. Maksudnya menabung disini adalah kita melakukan pembelian saham tertentu secara rutin setiap bulannya.
Lah kan harga sahamnya berbeda setiap bulan, emang cukup duit Rp 500 ribu? Tenang aja, tanpa program autodebet pun bisa dijalankan.
Saat membuka akun saham di sekuritas, kita akan memiliki rekening khusus yang biasa disebut Rekening Dana Investor. Nah setiap bulan kita transfer uang Rp 500 ribu ke rekening RDI tersebut, dan dari situ baru dibelikan saham.
Jadi kalau ada sisa uang setelah pembelian saham, biarkan saja mengendap dulu. Nanti jika saat pembelian berikutnya harga saham sedang tinggi dan Rp 500 ribu menjadi kurang, tinggal menggunakan saldo mengendap sebagai tambahan.
Sudah paham kan cara menabung saham yang benar? Kalau belum, ini beberapa contohnya.
#1 Menabung Saham Unilever (UNVR)
Dengan membeli saham UNVR secara rutin sebesar Rp 500 ribu per bulan selama 11 tahun (total Rp 66 juta), maka pada akhir tahun 2016 uang kita akan berkembang menjadi Rp 341 juta.
Ini sudah meliputi investasi saham pada saat harga UNVR sedang berfluktuasi. Ada yang dibeli di harga rendah dan ada juga yang dibeli pada harga tinggi.
Hasil yang diperoleh hampir 3.5x lipat lebih banyak dibandingkan investasi rutin pada deposito dengan tingkat bunga 6%. Ini juga dengan asumsi penempatan deposito bisa dilakukan dengan nominal hanya Rp 500 ribu, plus belum memperhitungkan pajak sebesar 20%
#2 Menabung Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Bagaimana dengan BBRI? Apa yang terjadi jika selama 11 tahun terakhir kita berinvestasi saham BBRI secara rutin sebesar Rp 500 ribu setiap bulannya?
Hasil yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 294 juta. Sedikit lebih rendah daripada hasil investasi saham rutin pada UNVR, namun tetap jauh lebih besar dibandingkan hasil investasi di deposito.
Sama seperti UNVR, saham BBRI juga adalah saham langganan LQ45 yang seharusnya lebih memberikan rasa aman pada investornya.
[BACA JUGA: Kunci penting dalam mengajarkan INVESTASI SAHAM PADA ANAK: biarkan dia yang memilih!)
Poin penting: Resiko
Yang harus tetap diperhatikan adalah faktor resiko investasi. Walaupun kedua saham ini memberikan imbal hasil yang sangat memuaskan, namun tetap harus diingat bahwa investasi ini dijalankan selama 11 tahun. Jangka waktu yang lumayan panjang.
Perhatikan grafik yang terkadang menukik dengan tajam. Apa artinya? Dalam jangka pendek saham adalah instrumen yang memiliki risiko tinggi. Jadi pemahaman akan saham itu sendiri dan tujuan investasi menjadi hal yang sangat krusial untuk menjaga agar jantung kita tetap sehat saat pasar saham sedang bergejolak.
Jangan terpancing beli saham hanya dengan pertimbangan harga
Resiko lain terkait ke masalah besaran investasi / tabungan rutin ini sendiri. Karena semua saham memiliki harga masing-masing dan pembelian di BEI paling sedikit 1 lot (100 saham), maka besaran investasi rutin yang kecil dengan sendirinya memiliki pilihan saham yang terbatas.
Bukan masalah sih, namun yang perlu diingat adalah, jangan sampai tergoda untuk membeli saham-saham bernilai kecil namun beresiko tinggi. Tetap fokus pada saham-saham yang lapis atas atau gampangnya pilih dari daftar LQ45.
At least buat belajar dulu lah. Jika nanti sudah lebih paham tentang saham dan resikonya, bisa lah coba-coba untuk berinvestasi pada saham-saham lapis kedua, hehehe…
Keuntungan Tambahan Investasi Saham: Dividen
Plus poin lagi dalam berinvestasi saham: ada dividen atau pembagian keuntungan dari perusahaan pada para pemegang sahamnya. Imbasnya? Hasil investasi kita semakin meningkat.
Dalam simulasi di atas, asumsinya kita berinvestasi pada saham pembagi dividen sebesar Rp 10 juta selama 10 tahun. Hasilnya? Selain ada keuntungan dari kenaikan harga saham atau capital gain, ada juga keuntungan dari sisi dividen. Lumayan banget kan?
Hasil investasi yang diperoleh tentu akan semakin maksimal jika investasi dilakukan secara rutin seperti pada skema Yuk Nabung Saham. Jadi dengan cara menabung saham ini maka tujuan investasi bisa lebih optimal.
[BACA JUGA: Belum tau apa itu P2P lending yang mulai ngetrend di dunia keuangan Indonesia? Simak yuk definisi lengkap peer-to-peer lending]
Penutup
Investasi secara rutin dengan jumlah yang sama adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko investasi. Konsep yang ngetop dengan sebutan dollar cost averaging ini sering diterapkan dalam berbagai instrumen investasi, seperti emas ataupun reksadana.
Dan saat ini konsep ini dibawa oleh BEI dalam kampanye Yuk Nabung Saham untuk semakin memasyarakatkan investasi saham. Konsep Yuk Nabung Saham ini adalah suatu skema yang sangat menarik untuk diterapkan, dengan memperhatikan faktor-faktor risiko dalam berinvestasi saham.
Terima kasih kepada Pak Nicky Hogan yang telah mengijinkan penggunaan materi presentasinya untuk saya bahas dalam tulisan cara menabung saham ini.
Selamat berinvestasi.
Setuju banget.. Nabung saham tiap bulan apalagi dengan banyaknya aplikasi yang ada jadinya gampang buat beli ataupun jual..
Sip. Tinggal pilih yg tepat dan disiplin 🙂
Mas…koq ga muncul grafiknya?
Maaf, lagi pergantian themes 🙂 Segera dibenahi
saya masih bingung sama nabung saham,, misal, qt ingin mencairkan hasil atau keuntunagn qt bisa ngk.?
misalnya, saya sudah nabung saham selama 1 tahun. nah, hasil dari 1 tahun itu saya mau uangkan.
Bisa banget, tinggal dijual saja melalui sistem trading yg dimiliki. Bisa jual seluruh lot yg dimiliki atau jual sebagian (atau hanya sebesar keuntungan saja).
sahamnya di jual ke pihak perusahaan yg bersangkutan kah?
Bukan. Penjualan saham yg dimaksud disini adalah penjualan melalui mekanisme di bursa saham 🙂
Pak.
Kalau menabung saham .. di bbri apakah nominal setiap bulan nya berubah – rubah.
Contoh: seandainya kita nabung saham nominal 100rb utk jangka panjang. Sekitar 10 tahun.
Apakah selama 10 tahun setiap bulan nya kita nabung 100rb ke bank BBRI tersebut.
Dan apabila kita dalam satu tahun ada kosong atau tidak nabung 1 atau 2 bulan . Apakah resiko nya
Iya betul, jadi setiap bulan bisa berubah. Bisa patokannya ke jumlah lot atau patokan ke nominal investasi (banyak lot tergantung nominal investasi). Tujuan menabung ini juga utk averaging, sehingga risiko kerugian pun bisa diperkecil. Jika ada yg kosong risiko paling tujuan yg ingin dicapai berisiko tidak bisa dipenuhi sesuai target.
cara daftar nabung saham bagaimana sistemnya mas??
minimal butuh modal brapa?
Mas bisa menghubungi salah satu perusahaan sekuritas terlebih dahulu utk pembukaan rekening saham. Besarannya bergantung dari kebijakan masing2 perusahaan dan target saham yg ingin dibeli. Nanti setelah itu bisa melakukan sistem beli secara rutin melalui sekuritas tsb.
Gimana cara buka rekening saham BBRI ?
Mungkin maksudnya cara beli saham BBRI? Buka rekening saham dulu aja di salah satu broker, setelah itu baru bisa dilakukan pembelian saham.
Sangat tertarik untuk nabung saham. Tapi masih belum mengerti..
Coba baca2 lagi aja artikel2 ttg nabung saham, nanti lama2 makin ngerti kok. Plus coba buka aja dulu account di salah satu broker, dan coba beli saham dari perusahaan yg besar. Pelan2 belajar dari situ, pasti bisa. Mulai dari satuan terkecil aja utk minimalisir risiko.
Ok
Untuk Pembukaan Rekening Saham ada perusahaan sekuritas yang recommended untuk pemula?
Untuk Pembukaan Rekening Saham ada perusahaan sekuritas yang recommended untuk pemula?
Mirip2 sih semuanya, umumnya yg lebih nyaman dan lengkap dari sisi sistem online tradingnya. Kalo saya cuma pernah pake punya Phillip, IPOT dan Mandiri. Bukan berarti yg lain jelek lho ya 🙂
Salam Sukses Pak, saya investor saham pemula dan sedang menggebu-gebu belajar saham untuk investasimasa depan. Saat ini saya sudah menaruh investasi pd beberapa produk seperti pasar uang, pendapatan tetap, campuran dan saham. dengan nominal rendah pada produk pasar uang dan pendapatan tetap, kemudian menaruh nominal sedang untuk produk campuran dan saham.
yang ingin Saya tanyakan. Bila saya tidak rutin top up pada saham saya dan kondisi saham sedang menurun setiap harinya apakah uang dan lot saya akan berkurang dan bahkan hilang? lalu, apabila sudah hilang apa langkah yang harus saya perbuat dan bagaimana cara untuk mengantisipasi sebelum hal tsb terjadi..
Terimakasih atas atensinya. Saya tunggu pencerahannya.
Salam Sukses buat bapak.
Halo pak, coba saya jawab ya. Untuk investasinya sendiri, secara value pasti akan menurun sesuai investasi underlyingnya. Misalnya dlm hal saham sedang menurun, maka nilai investasi reksa dana yg mengandung saham akan ikut menurun. Tapi nilainya saja ya pak, bukan unitnya. Unitnya sih pasti akan tetap ada, karena disimpan oleh bank kustodian.
Terkait ke hal ini, sebenarnya balik lagi ke tujuan investasi bapak. Dlm perencanaan keuangan, RD saham dan campuran digunakan utk tujuan keuangan jangka panjang, bukan jangka pendek. Fluktuasi jangka pendek telah diperhitungkan sbg faktor risiko, jadi bukan sesuatu yang harus ditakutkan. Malah bisa jd kondisi sedang turun jadi kondisi tepat utk topup 🙂
So disesuaikan aja dulu tujuan RD nya pak. Nanti mendekati waktu penggunaan investasinya, perlahan2 dipindahkan ke reksa dana lain yang less risk.
Tiap bulan menabung itu maksutnya kita menambah modal lot pada harga saham pertama yg kita beli,
atau tiap bulan membeli saham yg sama dengan harga saham saat itu juga terus menerus?
paham dengan pertanyaanku gk om? hehe
Saya nangkepnya keduanya sama om, kerena menambah lot jg kan mengikuti harga saham saat itu, hehehe. Saya salah nangkep maksudnya ya? 🙂 Kalo meniru saran Pak Nicky Hogan di bukunya, pertama2 tentukan 1-3 saham yg ingin kita investasikan setiap bulan. Kemudian tiap bulan kita rutin beli satu atau ketiga saham tsb sesuai dengan dana yg dialokasikan. Secara nominal bisa naik atau turun, jadi tinggal disesuaikan kombinasi pembeliannya dgn dana yg sudah direncanakan.
Saya kurang paham nabung saham, terus lot itu apa ya
Lot itu satuan pembelian sahamnya. Saat ini 1 lot = 100 lembar saham. Jadi minimal saham yang bisa kita beli adalah 1 lot, jadi bisa dihitung berapa nilai investasi yang harus disiapkan.
sangat menarik dan juga bermanfaat. saya sangat tertarik untuk membeli saham. sebagai pemula, masih banyak yang tidak saya mengerti. saya ingin bertanya mengenai lot. itu maksudnya gimana ya? 100 lembar saham itu bagaimana? lalu nilai investai yang harus disiapkan itu maksudnya berapa kali oembelian lembar saham gitu? atau jumlah uangnya? kok saya bingung ya. eheheh
Lot itu satuan pembelian saham atau gampangnya minimal jumlah saham yg bisa dibeli. Jadi jika ada saham yg harganya Rp 1.000/lembar, maka minimal jumlah uang yg dibutuhkan untuk membeli saham tersebut adalah Rp 100.000 (Rp 1.000 x 100 lembar). Semoga menjelaskan ya 🙂
Kalau suatu saat saya butuh uang apah saya bisa mengambil pk dan jumblah yah sama tdk pk dgn yg saya infestasikan ke saham misal kan saya sudah infestasi saham selama 1 thn
Trmaksh
Halo mas. Untuk saham ini prosesnya adalah jual beli, jadi saat membutuhkan uang maka sahamnya harus dijual terlebih dahulu. Utk pencairan ke rekening kita mengikuti peraturan di bursa (T+2). Mengenai jumlah, bisa jadi ada perbedaan antara harga saat beli dan jual, sehingga bisa ada untung ataupun rugi saat penjualan dilakukan.
Bgini Pak saya tertarik untuk menabung saham. Saya pelajar di SMK, dan msih blum pham tntang kinerja Saham tsb. Dan jga maklumlah klo pljar blom punya pnghsilan sndri. Jadi bgaimna dngan modal khusus untuk para plajar.
Halo mba. Kalo mo bicara saham jadi bakal panjang nih, hehehe. Untung gampangnya bisa coba cek ke diskartes.com, dia banyak sekali bahas ttg saham.
Menurut bapak, lebih baik beli saham di perbanan atau sekuritas pak?
Kok beli saham di perbankan? Untuk mulai investasi saham bisa dimulai dengan membuka rekening saham melalui sekuritas atau broker mba
Salam pak,apa kita bisa berubah2 nominal setoran nya?
Iya mas, tergantung harga saham yg akan dibeli. yg penting rutin belinya
Saya pemula dan masih awam, untuk nabung saham setiap bulan itu dana yg kita gunakan apakah menyesuaikan dengan harga per lot nya?
Misal, bulan 1 harga saham A 100.000/lot, maka saya memasukan dana 100.000 di RDI untuk beli saham tsb.
Lalu jika seandainya bulan ke 2 harga per lot mengalami kenaikan, katakanlah menjadi 120.000/lot. Terus bulan ke 3 menjadi 130.000/lot, dan bulan berikutnya naik turun. Nah apakah dana yg diinvestasikan tersebut mengikuti harga lot saham? Atau pukul rata 100.000 per bulan selama jangka waktu tertentu?
Mohon penjelasannya, thanks
Yes mas, mengikuti harga saham. Secara tidak sengaja kita sudah menerapkan konsep averaging. Nabung ini bisa dilakukan di saham yg sama atau saham lainnya (dgn karakter risiko mirip2)
Jadi kalau nabung saham tiap bulan itu kita beli lot gitu ya ?
Misal bulan pertama beli 1 lot, bulan kedua beli 1 lot dst jadi jumlah saham kita jadi 12 lot selama 1 tahun ? Bener gak pak ? Hehe
Terima kasih atas jawabannya..
Kira2 gitu mba, walaupun jadinya total harga nya bisa beda2 tiap bulan. Jadi secara ngga langsung terjadi averaging cost.
Beli saham bisa dillakukan sekali selama 10 tahu n apa belinya rutin setiap bulan
Rutin setiap bulan
rutin setiap bulan
Halo saya Herdian Hadi silahkan hub saya di 0819 1122 3309 (wa/telp)
untuk informasi sekuritas dan pembukaan rekening saham bisa trading online dimana saja kapan saja.
Kenapa di ipotgo gak ada saham UNVR nya padahal pengen belik
Ada masukan mungkn d mana bisa beli
Ada kok mas, semua saham pasti masuk di IPOTGO. COba cek lagi 🙂
Mau tanya pak, kalau investasi saham dengan menabung saham apakah beda pak ?
Misalkan utk menabung saham berarti saya menabung setiap bulan dengan jumlah tertentu ?
Kalau Investasi saham misalkan saya beli satu kali misalkan 10 lot lalu saya diamkan 1 tahun kemudian baru saya jual ?
mhn penjelasannya, terima kasih
Sorry lupa yg ttg beli 10 lot. Bisa aja, intinya saham bisa dibeli dan jual kapanpun. Tinggal diliat saat dijual dalam posisi untung atau rugi (setelah dikurangi komponen biaya).
Menabung Saham dan Investasi Saham apa bedanya pak?
Misal saya beli 10 lot bln ini terus saya simpan nanti 1 thn kemudian baru saya jual apa bisa ?
Dalam konteks ini sama saja. Disebut menabung karena skemanya pembelian dilakukan rutin setiap bulan, sama seperti menabung.
Mau tanya nih kalau saya ingin punya tabungan se nilai 1 M dalam waktu 5 tahun, maka berapa besar nilai saham (rata-2) yang harus kita tabung setiap bulan?
Terima kasih.
Ini bisa dibuat simulasi dengan cara mencari present value. Simple kok, bisa googling aja, banyak yg ngasih simulasinya. YG tricky disini adalah berapa perkiraan imbal hasil yang harus digunakan. Utk keperluan ini sementara bisa menggunakan rata2 kenaikan IHSG minimal 4 thn terakhir.