Mengenal P2P Lending Produktif

Sudah tahu apa itu P2P Lending kan? Sudah pastinya. Sekarang, apakah sudah pernah tahu P2P Lending produktif?

Wah, apa lagi tuh? Apakah ini “saudara”-nya P2P Lending yang biasa disebut juga dengan fintech pendanaan bersama itu?

Ya, kurang lebih begitulah. P2P Lending yang merupakan salah satu jenis fintech ini juga terbagi atas 2 kategori, yaitu P2P Lending konsumtif dan P2P Lending produktif.

P2P Lending konsumtif bisa juga disebut multiguna atau payday loan, biasanya sumber dananya berasal dari crowdfunding maupun super lender. Platform P2P Lending konsumtif ini mendapatkan keuntungan dari bunga—yang ditetapkan tidak boleh lebih dari 0.8% per hari—dan dari potongan biaya administrasi. Tenornya tergolong singkat, ada yang hitungan hari saja. Syarat pengajuannya rata-rata hanya meminta bukti identitas saja sudah cukup.

Peruntukan pinjaman dananya juga enggak dibatasi. Bisa dipakai untuk semua keperluan, bahkan keperluan pribadi.

Nah, kalau P2P Lending produktif agak berbeda. Yuk, kita lihat saja lebih lanjut.

Apa Itu P2P Lending Produktif?

Mengenal P2P Lending Produktif

P2P Lending produktif adalah proses pendanaan dengan modal dari pemberi dana atau pendana digunakan untuk membiayai kegiatan pengembangan usaha yang bersifat produktif.

So, berbeda dengan P2P Lending konsumtif yang didominasi oleh peminjam perseorangan, peminjam dana pada P2P Lending produktif berasal dari kalangan UMKM.

Ciri Khas P2P Lending Produktif

Kenali Fintech Ilegal Supaya Nggak Terjebak

Ada beberapa ciri khas yang membedakan P2P Lending produktif ini.

  • Fokus membiayai kegiatan usaha yang masih belum sepenuhnya dapat dilayani oleh lembaga keuangan, seperti bank. Ada beberapa kondisi, memang, yang tak memungkinkan bagi para pemilik UMKM tertentu untuk bisa melengkapi syarat yang diminta jika ingin mengajukan pinjaman modal ke bank. Nah, P2P Lending tipe ini bisa jadi alternatif.
  • Membuka peluang bagi masyarakat umum untuk ikut mendanai kebutuhan modal usaha calon peminjam dana. Berbagai informasi tentang calon peminjam dan juga perkiraan tingkat risiko pinjaman juga ada dan bisa dicermati, sebagai dasar pertimbangan bagi calon pendana.
  • Tingkat bunga cukup luas range-nya, yaitu berkisar antara 10 hingga 24% per tahun (efektif). Tidak mengaplikasikan bunga harian seperti halnya P2P Lending konsumtif, dan tergantung dari risiko kredit masing-masing calon peminjam yang tercermin dalam credit score-nya.
  • Umumnya berbentuk invoice financing, project financing, modal kerja, ataupun bentuk lain supply-chain financing. Nah, ini apa sih maksud masing-masingnya? Ya, kita bahas saja di artikel berbeda ya, biar bisa longgar ruang penjabarannya.
  • Tak memerlukan jaminan aset tetap, kecuali untuk produk atau kondisi tertentu.
  • Ada jaminan, umumnya berbentuk fidusia atas invoice atau persediaan dan juga personal ataupun corporate guarantee.
  • Tenor relatif akan lebih panjang ketimbang P2P Lending konsumtif, mulai dari bulanan hingga satu tahun. Kadang terjadi juga kesepakatan antara peminjam dan pendana untuk kondisi tertentu. Jadi, ada kondisi fleksibel yang bisa berlaku.
  • Sebagai penilaian risiko, P2P Lending ini juga mempertimbangkan kondisi finansial calon peminjam dana, sehingga akan ada proses analisis kredit demi menentukan besarnya risiko yang harus ditanggung.

Tentu Ada juga Kekurangannya

Dengan demikian, ada beberapa kekurangan yang timbul akibat kondisi-kondisi di atas yang terjadi pada P2P Lending produktif, yaitu:

  • Prosesnya mungkin akan sedikit lebih lama, relatif bila dibandingkan dengan P2P Lending konsumtif yang bisa cair dalam hitungan menit. Hal ini terjadi karena pengajuan pinjaman harus melewati 2 proses utama, yakni proses analisis serta proses pengumpulan dana dari masyarakat. Namun, jangan khawatir, meski cenderung lebih lama, tetapi tetap akan lebih cepat ketimbang pendanaan dari lembaga keuangan konvensional, seperti bank misalnya.
  • Karena harus melalui beberapa proses verifikasi lebih dulu itu, maka bisa jadi pinjaman dana melalui P2P Lending produktif menjadi kurang likuid bagi pihak peminjam dana, karena enggak bisa cair dengan cepat.
  • Bagi pendana, ada peluang opportunity loss yang terjadi jika pendana sudah melakukan pendanaann tetapi masih harus menunggu pinjaman terdanai seluruhnya 100% sebelum mulai mendapatkan bunga.

Nah, dengan demikian, ini bisa jadi sedikit bekal buat kamu yang tertarik untuk ikut mengembangkan dana di P2P Lending produktif sebagai lender alias pemberi pinjaman.

Cukup menguntungkan kok, apalagi juga di aplikasi tertentu ada asuransi juga untuk mengamankan pokok pinjaman. Dengan proteksi ini, misalnya terjadi gagal bayar, maka total pokok modal yang bisa kembali setidaknya bisa sebesara 85%. Ya, jadi enggak gede-gede amat kalau “hilang”.

Gimana? Semakin tertarik?

Boleh langsung menuju ke beberapa platform P2P Lending tipe ini seperti Aktivaku, untuk ikut mengembangkan dana di P2P Lending! Jangan lupa untuk membaca semua aturan dan syarat yang diminta ya.

Leave a Reply